Langsung ke konten utama

Cara Bijak Menyikapi Masa Lalu untuk Hidup yang Lebih Bahagia


Oleh: Feri Noperman

Waktu yang telah berlalu adalah masa lalu, termasuk satu detik yang lalu. Seperti apa pun masa lalu, apakah menyakitkan atau menyenangkan, itu bukan hidup kita lagi. Hidup kita adalah di saat sekarang. Kebahagiaan hidup kita bergantung pada bagaimana kita menyikapi dan memanfaatkan masa lalu untuk dapat menikmati saat sekarang.

Masa lalu sering kali menghadirkan kenangan, baik kenangan manis maupun kenangan pahit. Mengenang keduanya hingga terlarut ke dalamnya tidak berguna sama sekali, malah dapat mendatangkan penderitaan di saat sekarang. Mengenang kenangan indah hingga larut di dalamnya tidak akan membuat hidup kita sekarang menjadi indah, sebab kita tidak bisa lagi menikmatinya. Mengenang kenangan pahit secara berlebihan malah lebih parah, sebab hanya akan membuka kembali luka lama. Kita pun kembali tersiksa olehnya.

Baca juga: Memaknai Kehidupan

Walau bagaimanapun, masa lalu tetaplah menjadi bagian dari jati diri kita. Kita tidak perlu bahkan tidak boleh menghapusnya. Menghapus masa lalu sama saja menghapus atau menghilangkan sebagian besar jati diri kita. Kita tanpa masa lalu akan menjadi sangat jauh berbeda. Buktinya, lihat saja penderita amnesia.

Sebaliknya, kita malah harus banyak-banyak berterima kasih kepada masa lalu, baik yang manis maupun yang pahit. Masa lalulah yang membentuk kita menjadi seperti sekarang. Kalau saat sekarang kita menjadi tangguh, itu karena kita pernah ditempa oleh kepahitan dan kesulitan masa lalu. Kalau kita sekarang menjadi pribadi yang positif, Itu karena kita pernah mendapatkan berkah, pernah mensyukurinya, serta pernah merasakan bahwa hidup ini indah.

Kalau kita ingin bahagia, yang harus dilakukan terhadap masa lalu adalah membiarkannya berada di tempatnya. Biarkan masa lalu tertinggal di masa lalu. Jangan dibawa-bawa terus ke masa sekarang hingga terlarut di dalamnya. Jangan jadikan masa lalu berada atau mengendalikan kesadaran kita. Sesekali, kalau memang dibutuhkan, kita tetap bisa memanggilnya untuk dimanfaatkan di saat sekarang.

Masa lalu tidak untuk dilupakan, tapi dilepaskan. Melepaskan masa lalu berarti bahwa kita membiarkannya tetap berada di tempatnya. Kita tidak boleh terlalu sering membawanya ke masa sekarang. Kita tidak perlu membawa kenangan indah, yang membuat kita lebih banyak bernosalgia dibandingkan menghadapi kenyataan di depan mata. Kita tidak perlu terus-menerus membawa kenangan pahit yang membuat kita enggan atau bahkan sulit untuk terus melangkah maju. Stop. Tinggalkan kenangan indah maupun kenangan pahit itu. Biarkan keduanya tetap berada di masa lalu sana.

Melihat masa lalu untuk mengukur diri

Melepaskan masa lalu bukan berarti kita tidak menggubrisnya lagi sama sekali. Sewaktu–waktu kita tetap harus mengingat, melihat kembali, atau memikirkan masa lalu untuk kebaikan kita di masa sekarang. Kita bisa menjadikan masa lalu sebagai pembanding masa sekarang untuk mengukur sejauh mana kita sudah melangkah dan berkembang.

Melihat jauh ke masa lalu dapat membantu kita mengukur sejauh mana perjalanan hidup yang telah kita tempuh, serta seberapa berkualitas perjalanan itu. Kalau sepanjang perjalanan hidup yang telah dilewati, kita telah menebarkan banyak kebaikan, berarti perjalanan hidup kita sudah berkualitas. Sebaliknya kalau sepanjang perjalanan itu kita hanya menebarkan keburukan, berarti perjalanan hidup kita tidak berkualitas.

Manusia yang beruntung adalah manusia yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Untuk tahu seberapa beruntung kita, satu-satunya cara adalah membandingkan kondisi kita sekarang dengan kondisi kita di masa lalu. Kalau kita sekarang jauh lebih baik daripada di masa lalu, berarti kita termasuk orang yang beruntung. Kalau kondisi kita saat ini sama dengan kondisi di masa lalu, berarti kita termasuk orang yang merugi. Lebih parahnya lagi, kalau kondisi kita sekarang ternyata lebih buruk daripada kondisi di masa lalu, berarti kita termasuk orang yang celaka. Orang-orang yang celaka, jarang bisa menikmati hidup.

Baca juga: Membahagiakan Diri

Kalaupun ternyata hidup kita sekarang tidak berbeda dengan masa lalu atau malah lebih buruk, itu pun tetap ada manfaatnya. Itu adalah pertanda bahwa ada yang salah dengan diri kita selama ini. Berarti ada sesuatu yang harus diubah dan diperbaiki di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

Membandingkan masa sekarang dengan masa lalu juga dapat menumbuhkan rasa syukur. Kalau saat ini kita berkecukupan, lalu kita bandingkan dengan keadaan kita di masa lalu yang serba kekurangan. Itu seharusnya menjadi alasan yang sangat kuat untuk menumbuhkan rasa syukur. Betapa hidup kita telah dianugerahi berkah dan rezeki yang luar biasa melimpah. Hanya rasa syukur yang dapat melipatgandakan berkah dan rezeki itu.

Menjadikan masa lalu sebagai tempat mengambil pelajaran

Masa lalu merupakan tempat paling berharga untuk mengambil pelajaran. Semakin bertambah usia kita, semakin banyak masa lalu yang telah kita lewati. Berarti semakin banyak pelajaran yang dapat kita petik dari sana untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa, bijaksana, dan memesona.

Tidak secuil pun kejadian di masa lalu yang tidak bisa kita ambil pelajaran. Semua kejadian dapat kita jadikan pelajaran. Kita dapat mengambil pelajaran dari kejadian yang menyenangkan maupun kejadian yang menyakitkan.

Kalau kita pernah mengalami kejadian menyenangkan di masa lalu, kita dapat mengambil pelajaran dengan cara memeriksa penyebab kejadian yang menyenangkan itu. Kalau kita merasa senang karena mencintai, kita dapat menumbuhkan dan membiasakan sikap mencintai sepanjang hidup kita. Kita dapat mencintai semua objek, baik itu manusia, hewan, tumbuhan, bahkan seluruh alam semesta.

Kejadian menyakitkan di masa lalu pun dapat dijadikan pelajaran. Kita dapat memeriksa penyebab kenapa kejadian menyakitkan itu terjadi. Kalau penyebabnya karena ditinggalkan secara tiba-tiba oleh orang yang sedang disayang. Kita harus memeriksa di dalam diri sendiri, kenapa kita ditinggalkan. Atau kenapa kita merasa sedih ditinggalkan. Padahal, ditinggalkan memang suatu keniscayaan. Saat kita menyayangi seseorang, sayangilah dengan tulus, tidak untuk mengharapkan timbal balik, sekaligus siap untuk ditinggalkan. Ketika dia pergi (suatu saat memang akan pergi) kita tidak akan merasa menderita atau tersiksa.  

Kejadian yang menyenangkan dan menyakitkan yang datang silih berganti di masa lalu juga dapat menjadi pelajaran kita di masa sekarang. Kita dapat menarik benang merah antar setiap kejadian, memetik hikmah-hikmah, lalu menggunakannya untuk membuat kita makin dewasa dan bijaksana.
Silih bergantinya kejadian yang menyenangkan dan menyakitkan di masa lalu menunjukkan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Ketika kita senang, jangan berlebihan, karena suatu saat ia akan hilang. Begitu juga ketika kita sedih, juga jangan putus asa, tidak ada kesedihan yang abadi.

Semakin pandai kita memetik pelajaran dari masa lalu, semakin bijak dan dewasalah kita. Dengan begitu, semakin mudah kita menyikapi semua tantangan hidup yang datang menerpa. Semakin mudah kita memecahkan masalah. Semakin mudah kita mengolah tantangan dan masalah menjadi berkah. Semakin mudah kita melihat keindahan dari setiap objek dan peristiwa. Semakin mudah kita merasa damai, tenteram, dan bahagia.

Menjadikan masa lalu sebagai sumber kekuatan dan keyakinan

Kita dapat menggunakan masa lalu sebagai sumber kekuatan dan keyakinan untuk menghadapi tantangan hidup di masa sekarang. Tatkala kita menghadapi tantangan baru, lihatlah ke masa lalu. Dulu kita juga sering menghadapi tantangan baru dan berhasil melewatinya. Kalau sekarang kita masih hidup, itu pertanda kita telah berhasil menaklukkan tantangan-tantangan itu. Sewaktu kecil, kita pernah tidak bisa berjalan, lalu kita ternyata mampu berjalan bahkan kemudian malah mampu berlari.

Bagi siapa saja yang pernah terpuruk di masa lalu dan berhasil mengatasinya, syukurilah. Keterpurukan yang berhasil diatasi merupakan bukti ketangguhan. Seseorang yang pernah bangkit dari situasi terpuruk biasanya menjadi jauh lebih tangguh dalam menghadapi kondisi sulit yang dihadapinya di kemudian hari. 

Menjadikan masa lalu sebagai sumber inspirasi

Masa lalu juga dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk masa sekarang. Hampir semua tulisan yang telah dan sedang saya tulis, termasuk tulisan ini, bersumber dari masa lalu. Masa lalu itu berupa pengalaman maupun pengetahuan. Cerpen dan novel yang telah saya tulis terinspirasi dari masa lalu saya sendiri, yang kemudian dikombinasikan dengan pengetahuan, imajinasi, dan pengalaman orang lain. Buku ilmiah yang saya terbitkan juga berasal dari pengetahuan yang terakumulasi sepanjang masa lalu saya. Andai saja saya melupakan masa lalu, mustahil semua karya itu dapat tercipta.

Kesimpulannya, cara menyikapi masa lalu sangat sederhana, yaitu dengan melepaskannya. Serta sesekali memanggilnya untuk dimanfaatkan agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang positif di masa sekarang. Menyikapi masa lalu secara positif dapat membuat kita semakin tangguh dan produktif. Muaranya, kita pun lebih mudah menikmati masa sekarang. Itulah seni menikmati hidup ala saya dengan cara menyikapi masa lalu secara positif.

Penulis: Feri Noperman

Baca juga:

Memaknai Kehidupan

Menyikapi Masalah

Memotivasi Diri

Esok Kan Kembali Cerah

Pada Akhirnya


Komentar

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar positif dan membangun untuk kebaikan kita bersama. Terimakasih.