Langsung ke konten utama

DIGITALISASI PEMBELAJARAN

BAB 1. PENDAHULUAN

Teknologi digital dan perkembangannya

Kemunculan dan perkembangan teknologi digital telah mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan manusia di abad 21. Teknologi ini telah menjadi tulang punggung dunia industri, perangkat utama di perkantoran, teknologi pendukung sistem transportasi, alat untuk berkomunikasi, sumber dan alat pencari informasi, sumber belajar, media pembelajaran, bahkan sebagai alat dan sarana hiburan. Hampir semua aktivitas manusia menjadi lebih efisien, lebih efektif, lebih mudah dan lebih cepat berkat dukungan teknologi digital.

Komputer sebagai fondasi utama teknologi digital telah menjadi perangkat paling penting di semua bidang pekerjaaan manusia. Dengan didukung beragam aplikasi serta terhubung satu sama lain melalui internet, komputer telah berhasil mempermudah, meringankan, meningkatkan kualitas, serta mempercepat perkejaan manusia. Komputer telah digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan di depan meja seperti administrasi keuangan, administrasi perkantoran, akuntansi, dan lain sebagainya. Lebih dari itu, komputer juga telah dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan di lapangan seperti pemetaan dan eksplorasi barang tambang, pendeteksian gempa, analisis penyakit tanaman, analisis kualitas tanah, identifikasi spesies baru, dan masih banyak fungsi lainnya.

Perangkat keras berteknologi digital lainnya yang paling populer dan paling banyak digunakan adalah telepon seluler (ponsel) atau sering disebut juga telepon pintar (smartphone). Di Indonesia saja, pada tahun 2023 terdapat sebanyak 190 juta pengguna ponsel (Statista, 2024). Dengan jumlah populasi Indonesia sebanyak 278,7 juta jiwa (BPS, 2023), artinya sekitar 68% penduduk Indonesia telah memiliki dan menggunakan ponsel. Di negara-negara maju, persentase tersebut kemungkinan besar jauh lebih tinggi. Ponsel digunakan untuk berbagai macam fungsi dan tujuan, mulai dari berkomunikasi, mencari informasi, mengolah data, mencari hiburan, serta membantu menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Teknologi digital sendiri merujuk kepada penggunaan komponen elektronik dan sinyal digital yang bersifat diskrit untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menstransmisikan informasi. Teknologi ini berkaitan dengan konversi data menjadi bentuk biner (1 dan 0) yang dapat diolah oleh perangkat elektronik. Teknologi ini merupakan sebuah sistem yang dapat mengubah kode biner menjadi informasi yang dapat dimanfaatkan untuk banyak tujuan. Perangkat utama yang digunakan untuk melakukan komputasi dan memproses kode biner tersebut disebut komputer.

Teknologi digital merupakan bentuk perkembangan yang lebih canggih dari teknologi sebelumnya yang disebut dengan teknologi analog. Teknologi analog merujuk pada sistem atau perangkat yang menggunakan representasi kontinu dari data atau sinyal fisik. Dalam teknologi analog, data diwakili oleh sinyal yang dapat bervariasi secara halus dan tak terhingga dalam bentuk rentang nilai tertentu. Contohnya gelombang radio FM/AM, rekaman suara pada pita kaset dan piringan hitam, sinyal suara yang dikirim lewat kabel pada telepon analog, sinyal listrik yang diukur menggunakan amperemeter analog dan voltmeter analog, dan lain sebagainya.

Perbedaan teknologi digital dengan teknologi analog terletak pada cara data diwakili, diproses, dan ditransmisikan. Data dalam teknologi analog direpresentasikan sebagai sinyal kontinu (sinyal yang tersambung secara terus menerus). Nilai data yang bersifat kontinu itu dapat berubah secara halus dan tak terbatas dalam rentang nilai tertentu. Sementara itu, data pada teknologi digital direpresentasikan dalam bentuk angka biner (0 dan 1). Data dipecah menjadi unit diskrit yang disebut bit, yang hanya memiliki dua nilai yaitu 0 dan 1. Jutaan informasi yang beranekaragam hanya berbea berdasarkan kombinasi antara angka 0 dan 1 tersebut.

Perbedaan lain teknologi digital dengan teknologi analog juga terletak pada proses pengolahan data. Pada teknologi analog, pengolahan data dilakukan secara langsung oleh perangkat elektronik atau mekanis yang mengubah sinyal fisik menjadi sinyal listrik atau bentuk sinyal lain. Sedangkan pada teknologi digital, pengolahan data melibatkan manipulasi angka biner menggunakan perangkat mikroprosesor dan perangkat lunak. Pengolahan menggunakan angka biner tersebut memungkinkan pengolahan data yang jauh lebih kompleks dan fleksibel.

Teknologi digital juga berbeda dengan teknologi analog pada kemampuan penyimpanan data. Teknologi digital memiliki presisi yang jauh lebih tinggi dalam menyimpan data dibandingkan pada teknologi analog. Data pada teknologi digital disimpan dalam bentuk sinyal diskrit menggunakan angka biner (1 dan 0) yang bersifat pasti sehingga lebih akurat dan tidak mudah berubah. Sementara penyimpanan data pada teknologi analog rentan mengalami perubahan karena penyimpanan dilakukan dalam bentuk sinyal kontinu yang sangat sensitif terhadap gangguan. Sedikit saja sinyal tersebut berubah, data dan informasi yang tersimpan pun ikut berubah.

Transmisi data menggunakan teknologi digital juga jauh lebih unggul dibandingkan teknologi analog. Data digital dapat diubah dan dikirim tanpa kehilangan kualitasnya, kecuali jika terdapat kesalahan selama proses pengolahan dan transmisi data. Sementara transmisi data pada teknologi analog sangat rentan mengalami perubahan dan penurunan kualitas akibat adanya distorsi, kebisingan, dan gangguan lain selama proses transmisi berlangsung. Itulah alasan kenapa tayangan TV digital jauh lebih jernih dibandingkan TV analog.

Teknologi digital meliputi perangkat keras dan perangkat lunak untuk memperoses informasi dari bentuk aslinya menjadi informasi yang bersifat digital yang dikodekan oleh bilangan biner (1 dan 0). Perangkat kerasnya meliputi perangkat keras komputer (terdiri atas CPU, prosesor, RAM, Harddrive, monitor, keyboard, dll), perangkat penyimpanan data (misalnya flashdrive, harddrive), kabel serat optik, pemancar dan penerima sinyal digital, dan lain-lain. Sementara itu perangkat lunaknya meliputi program-program dan berbagai macam aplikasi.

Dengan banyaknya keunggulan yang dimilikinya, hampir semua teknologi yang digunakan di abad 21 ini telah beralih ke teknologi digital. Mayoritas perangkat dan sistem elektronik telah beralih menggunakan teknologi digital. Perangkat-perangkat yang sudah bersifat digital dapat berupa laptop, tablet, ponsel, televisi digital, proyektor digital, berbagai macam alat ukur digital, dan lain sebagainya. Semua teknologi tersebut telah berhasil memudahkan pekerjaan manusia dengan presisi yang tinggi.

Program, aplikasi, atau perangkat lunak yang menerapkan teknologi digital juga terus berkembang. Pada awalnya, aplikasi yang memanfaatkan teknologi digital hanya dapat memproses angka dan kata, misalnya Microsoft Word dan Excel. Lalu berkembang menjadi aplikasi yang dapat memproses suara, gambar, maupun video. Aplikasi digital juga telah menghadirkan dunia baru yang berbeda dengan dunia nyata yang disebut realitas maya (virtual reality) dan metaverse. Aplikasi digital juga telah berhasil memadukan dunia maya tersebut dengan dunia nyata yang kemudian disebut augmented reality. Bahkan kini, aplikasi teknologi digital sudah mampu berpikir secara mandiri dan otonom dalam mengambil keputusan yang disebut sebagai kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Perkembangan teknologi digital juga terkait dengan perkembangan teknologi yang digunakan untuk transmisi sinyal digital. Perkembangan ini dimulai sejak teknologi generasi ketiga (3G) hingga generasi keenam (6G). Perkembangan ini mencerminkan evolusi besar dalam komunikasi seluler dan konektivitas nirkabel. Setiap generasi (G) menghadirkan peningkatan signifikan dalam kecepatan, kapasitas, efisiensi, dan kemampuan komunikasi seluler.

Teknologi transmisi generasi ketiga (3G) diperkenalkan pada awal tahun 2000-an. Generasi ini membawa perubahan signifikan dalam layanan seluler dengan meningkatkan kecepatan data hingga beberapa ratus Kbps hingga beberapa Mbps. Teknologi 3G memungkinkan penggunaan data yang lebih baik untuk aplikasi seperti internet mobile dan pesan multimedia (MMS). Perkembangan ini membuka jalan bagi penggunaan smartphone yang lebih canggih.

Teknologi transmisi generasi keempat (4G) diperkenalkan sekitar tahun 2010. Teknologi 4G membawa peningkatan besar dalam kecepatan dan kapasitas data, dengan kecepatan rata-rata yang bisa mencapai puluhan Mbps hingga ratusan Mbps. Teknologi ini memungkinkan aplikasi streaming video berdefinisi tinggi atau high definition (HD) dan akses internet super cepat. Teknologi ini mendukung konsep Internet of Things (IoT) dan mendorong pertumbuhan perangkat cerdas yang saling terhubung satu sama lain.

Teknologi transmisi generasi kelima (5G) mulai meluncur pada pertengahan hingga akhir 2010-an. Teknologi ini memberikan lompatan besar dalam kecepatan, responsifitas, dan kapasitas data. Kecepatan dapat mencapai beberapa Gbps. Teknologi 5G didesain untuk mendukung lebih banyak perangkat terhubung dalam satu area, serta mendukung latensi rendah, yang penting untuk aplikasi seperti kendaraan otonom dan teleoperasi. Teknologi MIMO (Multiple Input Multiple Output) dan spektrum milimeter (mmWave) digunakan untuk meningkatkan kinerja.

Teknologi transmisi Generasi keenam (6G) masih dalam tahap pengembangan dan diharapkan akan meluncur sekitar pertengahan hingga akhir 2030-an. Teknologi 6G diharapkan dapat memberikan lonjakan luar biasa dalam kecepatan, kapasitas, dan efisiensi energi. Konsepnya termasuk jaringan terabit-per-detik (Tbps), kemampuan holografik, pengalaman realitas virtual (VR) dan augmented reality (AR) yang lebih canggih, serta konektivitas yang hampir instan. Teknologi 6G juga diharapkan untuk mendukung berbagai aplikasi baru, termasuk komunikasi otak-ke-otak (brain-to-brain), koneksi antarplanet, dan pemantauan global yang lebih akurat.

Perkembangan teknologi transmisi dari 3G hingga 6G mencerminkan dorongan yang terus-menerus untuk meningkatkan konektivitas nirkabel, memenuhi tuntutan pengguna untuk kecepatan, kinerja, dan pengalaman yang lebih baik, serta mendukung perkembangan teknologi yang lebih maju. Selain itu, evolusi ini juga membuka peluang baru dalam berbagai industri, termasuk transportasi, kesehatan, industri, pendidikan, dan hiburan.

Digitalisasi Kehidupan Masyarakat Abad 21

Kemajuan teknologi digital yang luar biasa telah membuat masyarakat abad 21 hampir sepenuhnya beralih ke teknologi ini. Peralihan tersebut tampak di semua bidang kehidupan. Sebelum tahun 1990-an, alat komunikasi yang digunakan masyarakat berupa telepon analog yang terhubung melalui kabel-kabel. Perkembangan teknologi digital telah membuat masyarakat beralih menggunakan telepon tanpa kabel (nirkabel) berteknologi digital. Sebelum tahun 2000-an, pencarian informasi dilakukan secara manual di dunia nyata dengan cara berkunjung ke perpustakaan untuk membaca literatur yang berupa buku-buku cetak. Namun, semenjak teknologi digtal berkembang pesat, pencarian informasi pun beralih ke dunia maya dengan menggunakan mesin pencari (search engine) untuk berselancar di internet. Peralihan yang sama juga terjadi di banyak aktivitas dan bidang-bidang kehidupan lainnya. Proses peralihan dari teknologi yang bersifat manual, tradisional, konvensional, atau analog menjadi teknologi yang bersifat digital seperti itu kemudian disebut dengan istilah digitalisasi.

Dampak paling signifikan dari digitalisasi adalah telah mengubah cara manusia mencari informasi dan berkomunikasi. Teknologi digital telah memungkinkan setiap orang untuk berkomunikasi dengan cepat dan efisien. Teknologi digital berupa email, pesan teks, panggilan video, atau media sosial telah mempermudah setiap orang untuk terhubung dengan keluarga, teman, dan rekan bisnis di seluruh dunia. Aplikasi Whatsapp, misalnya, menyediakan banyak alternatif untuk saling berkomunikasi, baik melalui pesan teks, rekaman suara, maupun panggilan video.

Lebih jauh, digitalisasi juga telah mengubah cara manusia bekerja. Banyak bidang pekerjaan yang telah beralih sebagian atau sepenuhnya ke teknologi digital. Pekerjaan administrasi di perkantoran yang pada awalnya menggunakan kertas, alat tulis, atau mesin tik beralih menggunakan komputer dan berbagai aplikasi pendukungnya yang kemudian dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan tersebut. Perakitan barang-barang produksi di pabrik telah yang pada awalnya dikerjakan manusia beralih dikerjakan oleh robot berteknologi digital. Berkat adanya internet, bekerja tidak harus dilakukan di kantor, melainkan dapat dilakukan dari jarak jauh (remote work). Internet dan berbagai macam platform konferensi video memungkinkan kolaborasi dilakukan secara daring, tidak harus bertatap muka di waktu dan tempat yang sama.

Dalam skala besar, digitalisasi telah mengubah secara drastis dunia industri yang kemudian memunculkan istilah Revolusi Industri tahap keempat. Revolusi ini merupakan kelanjutan dari revolusi tahap sebelumnya. Teknologi digital yang canggih, misalnya kecerdasan buatan, big data, dan Internet of Things (IoT), telah memungkinkan munculnya sensor industri untuk saling berkomunikasi. Perakitan dan produksi barang-barang telah sepenuhnya dilakukan oleh robot-robot yang bekerja secara otonom dan mandiri, tanpa banyak diatur atau dikendalikan oleh manusia. Hal tersebut telah meningkatkan efisiensi sekaligus kualitas barang-barang yang diproduksi.

Digitalisasi juga telah mengubah lanskap bisnis dan cara orang berbelanja dengan penciptaaan model bisnis baru, e-commerce, dan jangkauan pasar global. Perusahaan dapat memanfaatkan platform digital untuk memperluas visibilitas mereka, menjalin hubungan dengan pelanggan, dan mengoptimalkan operasi mereka. Berbagai macam aplikasi e-commerce telah bermunculan dan tumbuh secara signifikan seperti Amazon, eBay, Shopee, Bukalapak, Tokopedia, dan platform lainnya. Aplikasi itu telah memungkinkan pembelian barang secara daring dengan mudah tanpa harus datang ke toko tempat barang-barang tersebut dijual.

Digitalisasi juga telah mengubah bentuk dan jenis pelayanan perbankan dan pengelolaan keuangan. Aplikasi perbankan digital, pembayaran digital, dan mata uang kripto semakin umum digunakan di seluruh penjuru dunia. Teknologi digital telah membuat transaksi keuangan menjadi jauh lebih cepat dan lebih mudah. Belakangan ini sudah banyak bermunculan fintech (financial technology) yang telah mengubah cara manusia mengelola keuangan.

Digitalisasi yang dilakukan di bidang transportasi telah membuat layanan transportasi menjadi semakin cepat, mudah, dan praktis. Aplikasi layanan transportasi daring seperti Uber, Gojek, Grab, atau Maxim telah mengubah cara orang memesan alat transportasi untuk melakukan perjalanan, baik jarak dekat maupun jarak jauh. Aplikasi pemesanan tiket secara daring seperti Traveloka telah memudahkan pembelian tiket untuk berbagai moda transportasi. Lebih jauh lagi, teknologi otonom dan mobil listrik semakin mendefinisikan masa depan transportasi yang semakin canggih, efektif, dan efisien.

Digitalisasi di bidang administrasi pemerintahan juga telah meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Pengurusan kartu tanda penduduk, kartu keluarga, atau sertifikat tanah telah sepenuhnya dilakukan secara digital sehingga dapat mengurangi potensi pungli oleh para aparatur negara. Pembayaran pajak juga telah dilakukan melalui website atau aplikasi khusus, misalnya berupa e-billing yang digunakan oleh direktorat pajak. Pengumpulan data statistik untuk mengukur pertumbuhan ekonomi juga semakin mudah dengan tersedianya berbagai aplikasi yang sesuai.

Digitalisasi juga telah mengubah banyak aspek pada bidang kesehatan. Telemedicine memungkinkan konsultasi dengan dokter secara daring. Sensor kesehatan digital dan aplikasi pelacakan kesehatan membantu orang mengelola kesehatan mereka. Sebuah aplikasi yang dilengkapi sensor dapat disematkan pada ponsel pintar yang kemudian dapat memonitor kesehatan sang pemilik ponsel. Dengan begitu, gejala-gejala munculnya penyakit dapat didiagnosa sejak dini sehingga lebih mudah untuk ditangani.

Digitalisasi juga telah merambah ke bidang keamanan. Kamera CCTV berteknologi digital sudah banyak dimanfaatkan oleh berbagai kalangan, baik oleh perusahaan, korporasi, pemeritah, maupun perorangan. Sistem keamanan rumah pintar berbasis teknologi digital telah diterapkan di rumah-rumah pribadi. Otentikasi dua faktor telah digunakan untuk melindungi data pribadi, terutama di perangkat elektronik yang terhubung dengan internet. Berbagai macam anti virus telah dikembangkan untuk mengamankan perangkat-perangkat digital yang terhubung ke internet dari serangan cyber.

Dunia hiburan pun tidak luput dari proses digitalisasi. Teknologi digital telah banyak menggantikan teknologi manual dalam rangka menyajikan hiburan. Streaming video dan musik digital telah menggantikan format fisik seperti kaset pita, CD, atau DVD. Layanan seperti Netflix, Spotify, dan YouTube memungkinkan akses tak terbatas ke hiburan. Media sosial seperti TikTok atau Instagram dengan tayangan video singkatnya juga telah menjadi alternatif hiburan dengan pengguna jutaan orang.

Di bidang pendidikan, digitalisasi telah memberikan akses yang luas ke informasi dan sumber daya pendidikan. Dengan akses internet, siapa pun dapat mencari, meneliti, dan memperoleh informasi dari berbagai sumber, memperluas pengetahuan dan peluang belajar. Kursus secara daring sudah banyak tersedia di internet. Berbagai macam platform e-learning telah banyak dikembangkan dan digunakan untuk pembelajaran daring maupun pembelajaran campuran. Sumber daya pendidikan digital telah tersedia secara melimpah yang memungkinkan akses pendidikan dari mana saja dan kapan saja di seluruh penjuru dunia.

Digitalisasi juga telah mengubah banyak aspek di bidang penelitian. Kehadiran teknologi digital telah mempercepat sekaligus mempermudah kegiatan ilmiah. Simulasi komputer sangat membantu dalam mengeksplorasi dan menguji hal-hal yang di dunia nyata sangat berbahaya atau tidak mungkin untuk dilakukan, misalnya simulasi tentang gerak planet dan bintang-bintang atau ledakan supernova. Teknologi big data telah banyak membantu para ilmuan menganalisis data besar, misalnya ketika para ilmuan mengolah data lubang hitam yang ditangkap oleh mikroskop Event Horizon pada tahun 2017. Perkembangan penelitian menjadi jauh lebih cepat berkat bantuan teknologi digital.

Proses digitalisasi di semua aspek kehidupan masyarakat abad 21 sudah sangat masif. Bahkan dapat disimpulkan bahwa masyarakat abad ini sudah sampai pada titik di mana mereka mulai mengalami ketergantungan terhadap teknologi digital. Penggunaan teknologi digital sudah menjadi norma yang tidak terhindarkan. Ketiadaan teknologi digital dapat menjadi masalah besar bagi sebagian besar orang. Pekerjaan administrasi di perkantoran menjadi jauh lebih berat ketika tidak didukung oleh teknologi digital. Bank-bank kemungkinan besar akan dipenuhi antrian nasabah yang mengular panjang ketika transaksi dilakukan tanpa bantuan teknologi digital. Jadwal penerbangan yang sangat padat di bandara-bandara besar dapat menjadi kacau balau ketika pengaturannya tanpa menggunakan teknologi digital. Jika diuraikan satu per satu, akan banyak sekali masalah yang muncul jika teknologi digital dihilangkan atau gagal beroperasi.

Digitalisasi masyarakat modern akan terus berkembang dan memengaruhi cara masyarakat abad 21 menjalani kehidupan sehari-hari. Digitalisasi telah dan akan menghadirkan peluang besar sekaligus juga tantangan dan pertanyaan etis yang perlu diatasi. Digitalisasi dapat memunculkan bidang-bidang pekerjaan baru yang dapat mengatasi masalah pengangguran, misalnya peluang menjadi kreator konten kreatif di media sosial. Bagaimanapun, digitalisasi juga menghadirkan tantangan yang belum pernah dihadapi umat manusia sebelumnya, misalnya isu privasi data, keamanan siber, pengaruh media sosial terhadap masyarakat, dan masalah ketidaksetaraan akses teknologi.

Literasi Digital dan Digitalisasi Pendidikan

Untuk dapat mengoptimalkan peluang, meminimlisir ancaman, sekaligus mengatasi berbagai tantangan yang dimunculkan oleh proses digitalisasi yang terjadi secara masif di seluruh bidang kehidupan, anggota masyarakat abad 21 perlu dibekali dengan literasi digital. Literasi digital pertama kali diperkenalkan oleh Paul Gilster di dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy yang diterbitkan oleh penerbit Wiley pada tahun 1997. Secara sederhana, literasi digital dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk menggunakan teknologi digital secara efektif dan bertanggung jawab. Kemampuan ini melibatkan pemahaman tentang bagaimana menggunakan perangkat lunak, aplikasi, dan perangkat keras komputer, serta kemampuan untuk mengevaluasi informasi yang didapatkan secara daring, memahami risiko keamanan digital, dan berpartisipasi secara aktif dalam lingkungan digital.

Aspek paling penting dari literasi digital adalah pemahaman terhadap berbagai macam teknologi digital yang berkembang di masyarakat beserta cara pemanfaatannya. Aspek ini berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer dengan baik, termasuk sistem operasi, aplikasi produktivitas, dan alat-alat lainnya. Seseorang dikatakan memiliki literasi digital yang baik ketika memiliki pemahaman yang baik sekaligus mampu mengoperasikan berbagai macam perangkat teknologi digital terutama yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, literasi digital juga meliputi aspek evaluasi terhadap informasi digital. Aspek ini terkait dengan kemampuan untuk menilai keakuratan, keandalan, dan relevansi informasi yang ditemukan secara daring. Aspek ini meliputi kemampuan untuk mengenali sumber-sumber yang dapat dipercaya dan menghindari penyebaran informasi palsu (hoax) atau tidak terverifikasi. Kemampuan ini dapat membantu seseorang mengoptimalkan meluapnya informasi yang bermanfaat sekaligus melindungi diri dari dampak negatif dari informasi hoax yang menyebar di internet.

Literasi digital juga mencakup pemahaman tentang keamanan digital. Aspek ini terkait dengan pemahaman tentang risiko keamanan di dalam jaringan (online), termasuk ancaman seperti malware, phishing, dan pencurian identitas. Kemampuan ini berhubungan dengan praktik-praktik keamanan seperti penggunaan sandi yang kuat, pembaruan perangkat lunak, dan kesadaran tentang privasi data. Seseorang yang memiliki pemahaman ini dapat terhindar dari berbagai penipuan secara daring serta terhindar dari aplikasi-aplikasi yang dapat meretas perangkat dan mencuri data pribadi.

Literasi digital juga mencakup aspek etika dalam penggunaan teknologi digital. Aspek ini berupa pemahaman terhadap tanggung jawab moral dan etis dalam menggunakan teknologi digital, termasuk perilaku ketika berada di dunia maya. Dalam interaksi di dunia maya, seseirang harus menyadari dan menghormati hak-hak individu dan kelompok lainnya. Dengan begitu, interaksi tersebut dapat mencegah terjadinya perselisihan dan konflik yang dapat mengganggu kohesivitas antar pengguna teknologi digital.

Literasi digital juga meliputi aspek komunikasi digital. Aspek ini terkait dengan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif melalui media digital, termasuk email, media sosial, dan platform komunikasi lainnya. Seseorang dikatakan memiliki literasi digital yang baik jika mampu memanfaatkan teknologi digital untuk memperlancar dan memudahkan komunikasi dengan orang lain secara baik dan efektif. Hal itu dapat mengatasi hambatan jarak dan waktu dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Perkembangan teknologi digital yang terjadi secara masif membuat literasi digital menjadi sangat penting untuk dimiliki oleh anggota masyarakat abad 21. Literasi jenis ini harus dikenalkan, dibekalkan, serta dikembangkan di diri setiap orang sejak usia dini. Literasi digital hendaknya diperkenalkan dan dibekalkan oleh orang tua kepada anak-anak mereka di rumah. Literasi digital juga hendaknya diperkenalkan, dibiasakan serta dikembangkan oleh para pendidik kepada peserta didik di sekolah..Bahkan, anggota masyarakat pun harus berperan serta dalam membekalkan dan mengembangkan literasi digital kepada generasi muda.

Dunia pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam pembekalan dan pengembangan literasi digital. Literasi digital dapat dikembangkan dengan membiasakan dan membudayakannya di lingkungan pendidikan dengan cara memanfaatkan berbagai macam teknologi digital pada seluruh aspek pendidikan. Teknologi digital dapat dimanfaatkan mulai dari pendaftaran siswa baru, pengelolaan administasi pendidikan, hingga pengelolaan pembelajaran di kelas-kelas. Upaya tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan digitalisasi pendidikan.

Digitalisasi pendidikan dapat dimaknai sebagai sebuah proses peralihan penggunaan berbagai macam teknologi dalam konteks pendidikan yang pada awalnya tanpa menggunakan teknologi atau menggunakan teknologi yang masih bersifat manual dan analog menjadi teknologi yang bersifat digital. Digitalisasi ini mencakup penggunaan perangkat keras seperti komputer, tablet, atau ponsel, serta perangkat lunak seperti program komputer, aplikasi, dan platform daring untuk memfasilitasi pembelajaran, pengajaran, dan administrasi pendidikan.

Digitalisasi Pembelajaran

Salah satu aspek pendidikan yang terkait langsung dengan peserta didik adalah proses belajar dan pembelajaran di kelas. Digitalisasi pendidikan dapat dilakukan secara khusus pada aspek ini yang kemudian secara spesifik dapat disebut sebagai digitalisasi pembelajaran. Digitalisasi pada aspek ini sangat efektif untuk mengenalkan, membiasakan dan menbudayakan penggunaan teknologi digital bagi peserta didik sehingga dapat meningkatkan literasi digital mereka. Lebih dari itu, digitalisasi pada aspek ini juga mendatangkan banyak manfaat lain seperti yang akan dibahas pada Bab 3. Digitalisasi pada aspek pembelajaran inilah yang menjadi inti dari pembahasan pada buku ini.

Digitalisasi pembelajaran yang dimaksud di dalam buku ini dapat bermakna sebagai sebuah proses peralihan, pengintegrasian, atau pengayaan pembelajaran dengan teknologi digital. Kata peralihan mengandung arti adanya penggantian hal-hal lama yang bersifat tradisional, konvensional, manual, atau analog menjadi hal-hal baru yang bersifat digital. Sementara itu, kata pengintegrasian berarti penggabungan hal-hal lama tersebut dengan hal-hal baru yang bersifat digital. Sedangkan kata pengayaan bermakna bahwa hal-hal lama tetap dipertahankan, akan tetapi ditambah dengan hal-hal baru yang bersifat digital sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih kaya.

Peralihan dalam konteks digitalisasi pembelajaran bermakna bahwa hal-hal lama yang digunakan dalam pembelajaran dihilangkan lalu diganti dengan hal-hal baru. Misalnya peralihan sumber belajar dari awalnya berupa buku cetak yang bersifat manual menjadi buku elektronik (e-book) yang bersifat digital. Wujud buku elektronik benar-benar baru dan sangat berbeda dengan buku cetak. Buku cetak dan buku elektronik berbeda dalam hal cara menampilkan dan menyajikan isinya kepada peserta didik. Buku cetak disajikan dengan kertas, sementara buku elektronik disajikan dengan menggunakan aplikasi dan perangkat elektronik berupa ponsel, tablet, atau laptop.

Peralihan dalam proses digitalisasi dapat dilakukan pada salah satu, beberapa, atau bahkan seluruh komponen pembelajaran, mulai dari proses penyelenggaraan pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, lingkungan pembelajaran, serta seluruh sarana dan prasarana pendukung pembelajaran. Peralihan satu komponen pembelajaran, misalnya, dapat berupa peralihan sumber belajar saja yang pada awalnya berupa buku cetak, kemudian beralih menjadi buku elektronik yang dapat diakses melalui ponsel, tablet, atau laptop. Peralihan beberapa komponen pembelajaran misalnya peralihan sumber belajar dan media pembelajaran. Selain menggunakan buku elektronik sebagai sumber belajar, pembelajaran juga dapat menggunakan media power point yang ditayangkan melalui proyektor sebagai pengganti media pembelajaran konkret dan alami. Sementara itu, peralihan seluruh komponen pembelajaran misalnya berupa peralihan dari pembelajaran tradisional tatap muka di kelas beralih menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online learning. Pada pembelajaran daring, seluruh komponen pembelajarannya benar-benar baru dan berbeda dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka di kelas nyata.

Pengintegrasian yang dimaksud dalam digitalisasi pembelajaran adalah perpaduan atau penggabungan antara hal-hal lama yang telah digunakan dalam pembelajaran selama ini dengan hal-hal baru yang bersifat digital. Pengertian tersebut berarti bahwa komponen lama tidak dihilangkan sama sekali, melainkan dipadukan dengan teknologi baru yang bersifat digital. Misalnya, metode diskusi konvensional yang umumnya dilakukan secara tatap muka di kelas dapat dipadukan dengan teknologi digital berupa aplikasi media sosial sehingga diskusi dapat dilakukan secara jarak jauh melalui media sosial tersebut.

Pengayaan yang dimaksud di dalam digitalisasi pembelajaran adalah kegiatan penambahan hal-hal baru yang bersifat digital ke dalam komponen pembelajaran yang bersifat tradisional, konvensional, manual, atau analog. Misalnya, metode ceramah konvensional yang pada awalnya hanya dilakukan secara lisan oleh para pendidik tanpa bantuan apa-apa, dapat diperkaya dengan menambahkan teknologi digital berupa sajian power point yang ditayangkan dengan proyektor. Apa yang dijelaskan pendidik secara lisan tersebut dapat diperkaya dengan tampilan gambar, suara, atau video yang disajikan pada power point sehingga lebih mudah untuk diikuti dan dipahami oleh peserta didik.

Bentuk digitalisasi pembelajaran dapat ditentukan oleh seperti apa tipe intervensi teknologi digital ke dalam komponen-komponen pembelajaran dalam rangka memperkuat komponen-komponen tersebut. Menurut Kirkwood dan Price (2014), ada tiga tipe intervensi teknologi digital di dalam pembelajaran yaitu mereplika praktik pengajaran yang sudah ada, menambahkan praktik-praktik pengajaran yang sudah ada, serta mentransformasi pengalaman belajar. Pada tipe pertama, teknologi digital digunakan untuk mereplikasi praktik pembelajaran yang sudah ada. Pada tipe kedua, teknologi digital digunakan untuk menambahkan praktik-praktik pengajaran yang sudah ada. Sementara itu, pada tipe ketiga teknologi digital digunakan untuk mentransformasi pengalaman belajar peserta didik dalam belajar.

Seperti yang akan dibahas secara rinci pada bab 2, digitalisasi pembelajaran bukan lagi sebuah pilihan melainkan sudah menjadi sebuah keharusan. Banyak faktor yang mendorong pentingnya digitalisasi pembelajaran dilakukan. Tanpa adanya digitalisasi, pembelajaran dapat kehilangan relevansinya dengan perkembangan dan perubahan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor utama kenapa digitalisasi pembelajaran harus dilakukan. Perkembangan itu telah menghadirkan era baru dalam peradaban manusia yaitu era revolusi industri tahap keempat dan ekonomi kreatif. Agar dapat memenuhi tuntutan dan tantangan yang dimunculkan oleh kedua era tersebut, dunia pendidikan harus terus berubah dan beradaptasi yang salah satunya adalah dengan cara melakukan digitalisasi pembelajaran. Selain itu, fenomena globalisasi, isu-isu sosial, dan isu-isu lingkungan juga menjadi alasan penting lainnya kenapa digitalisasi pembelajaran harus dilakukan.

Digitalisasi pembelajaran menjadi penting dilakukan juga karena dapat mendatangkan banyak manfaat yang luar biasa, baik bagi peserta didik, pendidik, lembaga pendidikan, maupun dunia pendidikan secara umum. Digitalisasi pembelajaran bukan sekedar sebuah upaya efektif untuk meningkatkan literasi digital peserta didik, melainkan juga untuk meningkatkan banyak aspek penting di dalam pembelajaran. Digitalisasi pembelajaran dapat membuka akses yang lebih luas terhadap berbagai macam sumber belajar. Digitalisasi pembelajaran dapat meningkatkan minat, motivasi, perhatian, serta keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Digitalisasi pembelajaran juga dapat meningkatkan pengalaman belajar sehingga dapat memperluas wawasan dan sudut pandang mereka. Digitalisasi pembelajaran dapat pula menyediakan beragam sumber belajar yang mendukung diferensiasi belajar sehingga dapat meningkatkan pemahaman serta hasil belajar peserta didik yang karakteristiknya juga beragam. Berbagai macam manfaat tersebut akan diuraikan secara lebih dalam pada bab 3.

Proses digitalisasi hanya dapat dilakukan jika teknologi digital yang hendak digunakan telah tersedia atau dapat disediakan oleh pihak-pihak yang melaksanakan. Teknologi digital yang perlu tersedia terutama berupa komputer (baik berupa perangkat keras maupun program-program yang dijalankannya), kecerdasan buatan, internet, komputasi awan (clouds), realitas maya (virtual reality), realitas yang diperkaya (augmented reality), serta berbagai macam aplikasi komputer. Dari semua teknologi tersebut, komputer beserta program dan aplikasinya merupakan teknologi yang wajib ada untuk dapat menjalankan digitalisasi pembelajaran. Berbagai macam teknologi digital tersebut akan diuraikan secara lengkap pada bab 4.

Digitalisasi pembelajaran bukan sebuah proses sederhana yang dapat dilakukan begitu saja tanpa perencanaan yang matang. Untuk melaksanakan digitalisasi pembelajaran secara komprehensif dan sistematis dibutuhkan sebuah kerangka kerja sebagai panduan bekerja bagi pihak-pihak yang hendak melakukan digitalisasi pembelajaran. Kerangka kerja tersebut dimulai dari perencanaan strategis, penyiapan sumber daya, pengembangan program, penerapan program, evaluasi, hingga tindak lanjut untuk menjaga keberlanjutannya. Kerangka kerja tersebut akan dibahas secara lengkap dan rinci pada bab 5.

Berdasarkan seberapa banyak komponen pembelajaran yang mengalami peralihan, pengintegrasian, atau pengayaan, digitalisasi pembelajaran dapat dikategorikan menjadi digitalisasi pembelajaran parsial dan digitalitasi pembelajaran holistik. Digitalisasi pembelajaran parsial merupakan kegiatan digitalisasi yang hanya dilakukan pada satu aspek atau satu komponen pembelajaran saja, misalnya digitalisasi sumber belajar saja, atau digitalisasi media pembelajaran saja. Digitalisasi ini dapat dikemas dalam bentuk mode pembelajaran yang diperkuat teknologi digital seperti yang akan diuraikan pada Bab 6 di dalam buku ini.

Sementara itu, digitalisasi pembelajaran secara holistik adalah digitalisasi yang melibatkan seluruh komponen pembelajaran. Digitalisasi ini dilakukan mulai dari pendekatan, model, metode, sumber belajar, media, lingkungan, hingga seluruh sarana dan prasarana pendukung pembelajaran lainnya. Digitalisasi ini dapat dikemas menjadi mode pembelajaran yang sepenuhnya dilaksanakan di dalam jaringan internet (daring) atau disebut juga dengan online learning. Pada mode ini, seluruh komponen pembelajaran yang bersifat tradisional, konvensiona, manual, atau analog beralih bersifat digital atau menggunakan teknologi digital. Mode pembelajaran daring akan dibahas secara rinci dan lengkap pada Bab 7.

Kedua mode pembelajaran di atas kemudian dapat dipadukan menjadi mode pembelajaran ternsendiri yang disebut dengan pembelajaran campuran (blended learning). Mode ini dapat meminimalisir kelemahan-kelemahan sekaligus mengoptimalkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh kedua mode tersebut. Dalam mode pembelajaran ini, peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran dan berinteraksi dengan instruktur serta sesama peserta didik secara tatap muka langsung ke kelas maupun secara daring. Dalam praktiknya, mode ini sangat bervariasi tergantung bagaimana kedua mode itu dipadukan, dan mode mana yang lebih dominan. Mode pembelajaran campuran secara lengkap akan dibahas pada Bab 8.

Penyusunan dan penulisan buku digitalisasi pembelajaran ini pertama-tama ditujukan kepada para peneliti di bidang pendidikan. Buku ini dapat menjadi rujukan, pedoman dan petunjuk dalam pengembangan inovasi pembelajaran yang terintegrasi atau berbasis teknologi digital. Banyak aspek pembelajaran yang masih harus dikembangkan dan diujicoba secara empiris agar terwujud strategi pembelajaran yang benar-benar efektif serta sesuai dengan jenjang pendidikan, kondisi alam, serta kondisi sosial lembaga pendidikan.

Selanjutnya, buku ini juga ditujukan kepada para pendidik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi sebagai rujukan, pedoman, atau petunjuk dalam menjalankan proses digitalisasi pembelajaran di lembaga atau institusi masing-masing. Digitalisasi pembelajaran bukan sebuah proses sederhana yang hanya dilaksanakan oleh pendidik. Digitalisasi pembelajaran dapat terwujud dan terlaksana dengan baik apabila seluruh prosesnya, mulai dari perencanaan hingga evaluasi dan tindak lanjutnya dilakukan dengan melibatkan semua pihak yang terkait, mulai dari masyarakat sekolah, dinas pendidikan, pemerintah daerah, kementerian pendidikan, kementerian komunikasi dan informasi, dan seluruh elemen pemerintah. Keberhasilan proses digitalisasi pembelajaran sangat ditentukan oleh dukungan, kerjasama, dan kolaborasi semua pihak. Digitalisasi pembelajaran mustahil dilakukan sendirian oleh tenaga pendidik jika pengelola sekolah atau lembaga pendidikan tidak menyediakan infrastruktur pendukungnya seperti internet, listrik, dan perangkat digital lainnya. Digitalisasi pembelajaran ini juga mustahil diwujudkan jika pemangku kepentingan mulai dari pemerintah pusat hingga dinas pendidikan di kabupaten tidak memberikan dukungan berupa kebijakan yang relevan dan sumber daya yang dibutuhkan dalam pengembangan maupun penerapan digitalisasi pembelajaran di kelas.

Komentar