Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Sesal

Laki-laki itu duduk tertegun di kursi plastik yang menghadap ke Samudera Hindia. Tatapannya tajam ke horizon di ujung barat sana. Sang surya sebentar lagi akan beristirahat di peraduannya. Angin yang berhembus lembut dari arah samudera mempermainkan rambut lurusnya. Matanya beralih menatap kosong ke arah buket bunga krisan yang tergeletak di atas pasir di sampingnya. Momen beberapa jam yang lalu masih terbayang dengan jelas di benaknya. Rencananya buket bunga itu hendak diberikannya kepada seorang perempuan spesial yang telah lama mengisi hatinya, bahkan sejak kecil. Tapi rencana itu berantakan dalam hitungan detik saja. Masih terngiang di telinganya kata-kata perempuan itu ketika memperkenalkan pacar barunya beberapa jam yang lalu.  “Kenalkan ini Ronald, pacarku,” kata perempuan itu.  Terpaksa dia menyembunyikan buket bunga di tangan kanannya ke balik jaket untuk menetralkan keadaan. Dia tidak ingin merusak suasana bahagia perempuan itu. “Hai. Boleh minta waktunya sebentar?” Tiba-tiba

Tak Pernah Menyerah

Aku tak sehebat dan seikhlas mentari Yang mampu menerangi semesta tanpa pamrih Aku pun tak sanggup seperti lilin Yang rela terbakar demi menyibak pekat malam Aku hanya berusaha berpendar Samar Redup Tak begitu berarti Tak mampu mengusir kegelapan Apalagi menghadirkan keindahan Tapi aku tak pernah menyerah Bengkulu, 05 Maret 2021

Harusnya Aku

Peluh yang mengucur deras di dahi Viola sepertinya menjadi pertanda kalau ada sesuatu yang mengusik hatinya. Rasanya itu bukan karena pengap. Sebab, gedung yang menjadi tempat sakral untuk mengikat janji suci antara ia dengan pangeran pilihannya dibatasi untuk beberapa tamu undangan saja. AC pun bekerja dengan baik. "Kamu sakit?" tanya Brian yang kini telah sah menjadi suaminya. "Keringatmu ini ...," tambahnya sambil menghapus bulir-bulir bening di dahi Viola dengan tisu yang tersedia. "Eeeenggak," kata Viola menggeleng.  Dia malah tampak makin gugup tatkala sepasang mata lentiknya beradu pandang dengan sosok pria yang terus berjalan mendekati panggung. Viola segera menunduk. Entah apa yang terbersit di benaknya. Ketika pria yang mengenakan batik coklat bersulam emas itu mendekat, Viola tampak makin salah tingkah. Dia terlihat serba salah mau menatap ke mana. Akhirnya dia mengempaskan bokongnya ke kursi, meninggalkan satu salam dari tamu undangan yang belu