Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Kepingan Hati

Bagi Vania, minggu pagi ini sudah tidak sama lagi dengan minggu pagi sebelum-sebelumnya. Tidak ada lagi agenda jalan-jalan ke tempat wisata. Bukan karena ayahnya tidak menawari atau mengajak ke sana, melainkan karena dia sudah tidak berminat lagi dengan hal-hal seperti itu. Jalan-jalan di akhir pekan hanya akan mengingatkannya pada Bunda Karin. Itu hanya akan membuatnya kembali sedih. Hatinya akan semakin perih. Celakanya lagi, tidak ada obatnya sama sekali. Setidaknya, hingga saat ini. Sudah hampir satu jam dia menatap kosong ke arah catatan-catatan pelajaran di atas meja belajarnya. Tampaknya dia tidak berniat sama sekali untuk membacanya walaupun besok adalah hari pertama ujian semester kedua. Catatan itu makin tidak menarik karena ditulis secara asal-asalan dengan pena bertinta hitam. Huruf-hurufnya tidak jelas sehingga perlu upaya keras untuk memahami kata, frasa, maupun kalimat yang tertulis di sana. Banyak bagian catatan yang terlihat kosong, baik berupa ruang kosong antar kata

Sinopsis Novel Kepingan Ketiga

  Judul                            : Kepingan Ketiga Genre                           : Drama Segmen Pembaca    : Dewasa Jumlah Halaman     : 396 halaman Jumlah Kata             : 100.626 kata Point of View           : orang ketiga Sinopsis Tidak ada yang salah dan aneh dengan keputusan Miranda untuk memulai hidup baru. Namun nyatanya, keputusan itu berdampak buruk, nyaris menghancurkan persahabatannya, meluluhlantakkan kehidupan seorang pria yang pernah dicintainya, bahkan sampai menghilangkan nyawa beberapa orang terdekatnya. Dampak keputusan itu merembet hingga merenggut semangat hidup seorang gadis remaja. Bagaimana perjuangan Miranda bangkit dari keterpurukan, menghapus rasa bersalah, sekaligus menemukan kebahagiaan hidupnya?

Batal

Tidak seperti biasanya, Adit bangun sangat pagi hari ini. Dia langsung menuju dapur untuk memasak. Bukan untuk sahur, melainkan untuk ibunya yang akan ditinggalkannya seharian penuh. Setelah selesai salat subuh, dia langsung menghampiri ibunya yang terkulai lemas di tempat tidur. "Aku pergi sebentar ya, Bu. Ada janji menemui seseorang di bandara," katanya seperti berbisik. Ibunya tersenyum lalu mengangguk. "Dia hendak pergi ke luar negeri," tambah Adit. Ibunya menatap anak semata wayangnya itu dengan berbinar-binar. Dia kembali mengangguk sambil berkata, "Kalau sudah selesai, langsung pulang, ya." "Iya, Bu. Nanti Adit langsung pulang. Nasi sama lauk untuk sarapan dan makan siang ibu sudah Adit letakkan di meja," balas Adit sambil menunjuk meja di dekat tempat tidur ibunya. Setelah bersalaman dengan ibunya, Adit beranjak ke depan rumah untuk mengeluarkan sepeda motor. Beberapa menit kemudian dia sudah berada di atas jok motor yang sudah diparkirka