Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

BAB 2 ANTI MAINSTREAM

Setelah menikah, tentu banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diriku . Sebagian perubahan itu kulakukan dengan kesadaran sendiri karena memang kuanggap baik untukku. Sebagian lainnya terpaksa kulakukan karena harus mengikuti kemauan istriku. Selain itu ada pula perubahan yang kulakukan antara sadar diri dan keterpaksaan. Salah satunya adalah bangun pagi. Sangat kusadari kalau bangun pagi itu sangat baik, bukan hanya bagiku melainkan juga bagi orang-orang di sekitarku, terutama istriku. Akan tetapi, aku masih sering kesulitan melakukannya. Kebiasaan buruk bangun kesiangan yang mulai muncul selama kuliah dulu akhirnya berkelanjutan sampai sekarang. Mau tidak mau, setiap pagi istrikulah yang harus membangunkanku secara paksa dengan berbagai cara. Cara paling sederhana yang sering dilakukannya adalah dengan menepuk atau menggoyangkan tubuhku mulai dari satu sampai dengan sepuluh skala richter. Satu skala richter itu mirip dengan seorang ibu yang sedang menepuk pantat bayinya agar m

Jawaban Tanpa Kata

  Vania melirik sebentar jam dinding ruang tamu. Hampir pukul sepuluh malam. Matanya tidak lepas dari pintu depan, masih menantikan Bunda Karin pulang. Tiba-tiba terdengar suara mobil dari arah depan rumah. Dengan bergegas dia membukakan pintu. Rupanya itu bukan bunda Karin yang sedang dinantinya. Dia pun langsung kecewa. Ratmi yang baru saja turun dari taksi online langsung berlari kecil mendekati teras lalu menyapa Vania. “Hai, Sayang.” “Hai, Tante,” balas Vania dengan suara pelan dan terkesan ogah-ogahan. Diamatinya wajah Ratmi sebelum mempersilakannya masuk. Vania melangkah masuk lebih dulu. Ratmi mengekor di belakangnya. Mereka lalu duduk di kursi tamu. Tanpa berbasa-basi, Ratmi langsung menyampaikan maksudnya. “Tante dapat amanah dari papamu. Dia dan Bunda Karin belum bisa pulang. Jadi Tante diminta menemanimu di rumah.” “Memangnya Papa sama Bunda lagi di mana dan ada pekerjaan apa, Tante?” Tatapan penuh selidik Vania tajam menyorot mata Ratmi. “Tante belum tahu pasti.” Ratmi ter