Sebenarnya saya sudah lama tahu tentang Blogger dan manfaatnya dalam dunia kepenulisan. Tapi dulu saya tidak begitu tertarik. Baru beberapa hari ini saya akhirnya memutuskan untuk membuat blog pribadi. Mungkin ada beberapa sahabat di dunia maya terutama di Facebook yang bertanya-tanya, kenapa akhirnya saya membuat blog pribadi. Kalau ada yang penasaran, berikut saya ceritakan alasannya. Paling tidak ada lima alasan.
Alasan pertama, saya hobi menulis
Alasan ini sebenarnya sudah muncul sejak SMP karena saya suka menulis sejak itu. Sewaktu SMP, saya sudah mulai menulis cerita serial bergambar. Ada dua cerita yang masih bisa saya ingat dengan jelas. Cerita pertama tentang pendekar di masa lampau yang pandai silat dan memiliki senjata andalan berupa trisula. Judul ceritanya, Pendekar Trisula Sakti. Cerita kedua tentang pendekar di masa depan. Selain pandai bela diri, dia juga bisa berubah wujud menjadi pahlawan super berbaju baja. Dia memiliki senjata canggih berupa pistol dan pedang laser. Musuhnya alien dari luar angkasa yang ingin menginvasi bumi.
Sayangnya, bukti sejarah kedua tulisan itu sudah lenyap tak bersisa. Tapi teman-teman sekelas saya sewaktu SMP pasti bisa menjadi saksi sejarah.
Sampai sekarang, saya masih suka menulis. Tapi tidak lagi menulis cerita tentang pendekar. Entah kenapa saya tidak memiliki ide lagi tentang cerita seperti itu. Sebagai gantinya saya menulis cerpen dan novel untuk remaja dan dewasa awal. Mungkin itu dipengaruhi pengalaman dan juga usia. Selain itu, sebagai tenaga pendidik dan peneliti, saya juga dituntut menulis karya ilmiah. Jadilah sekarang tulisan saya sangat beragam, mulai dari puisi, kata-kata mutiara, cerpen, novel, artikel, sampai buku referensi.
Saya membutuhkan wadah untuk menyalurkan hobi menulis itu sekaligus menyebarluaskannya. Blogger adalah salah satu wadah yang tepat. Mungkin muncul pertanyaan, kenapa tidak di Facebook saja seperti yang telah saya lakukan selama ini? Kenapa kemudian saya beralih ke Blogger? Jawabannya ada di alasan-alasan berikutnya.
Alasan kedua, saya butuh wadah mengarsipkan sekaligus menyajikan kumpulan tulisan saya secara simpel
Facebook memang bisa menjadi wadah menyalurkan hobi saya dalam menulis. Facebook juga dapat menjadi tempat mengarsipkan semua tulisan yang pernah dibagikan. Tapi sayangnya penyajian kumpulan tulisan itu tidak terlalu rapi. Saya sering kesulitan mengakses tulisan yang telah diposting lama. Kesulitan yang sama juga dialami oleh para pembaca. Mereka kesulitan mengakses tulisan-tulisan saya yang telah lalu.
Di Blogger, kesulitan itu dapat diatasi. Semua tulisan dapat dikelompokkan menurut kategori-kategori tertentu. Lalu semua kategori dapat ditampilkan pada satu halaman. Untuk mengakses tulisan kategori tertentu, tinggal klik saja kategori tersebut. Lama munculah semua tulisan kategori itu. Untuk membaca salah satu tulisan secara lengkap, tinggal klik judulnya. Gampang kan?
Alasan ketiga, saya suka berkreasi
Saya adalah tipe orang yang cepat bosan sekaligus suka berkreasi. Saya suka bermain dengan warna dan geometri. Saya suka mendesain gambar. Saya suka mengotak-atik tampilan agar sesuai keinginan. Di Facebook, Instagram, atau LinkedIn, saya tidak bisa melakukan itu. Medsos-medsos itu tidak bisa diatur tampilannya secara leluasa karena sudah ditetapkan oleh perusahaan seperti itu. Bagi saya, itu cukup membosankan.
Di Blogger tidak seperti itu. Saya bebas berkreasi. Saya bisa mengatur ingin menggunakan huruf apa. Saya juga bisa memilih tema untuk mempecantik tampilannya. Saya bisa menghadirkan gambar-gambar, baik yang dibuat sendiri, maupun yang disediakan pihak ketiga.
Selain itu, saya juga bisa berkreasi dalam menyajikan menu untuk para pembaca. Letak dan pengaturan menu itu pun bisa diatur sesuka hati. Saya bisa menampilkan tulisan yang diunggulkan atau tulisan yang sedang populer sehingga lebih mudah diakses oleh para pembaca. Singkatnya, Blogger memberikan wadah untuk berkreasi secara bebas. Tapi tentu saja Blogger belum seleluasa website berbayar.
Alasan keempat, saya masih suka gratisan
Kenapa saya tidak beralih saja ke website pribadi berbayar yang lebih terbuka dan leluasa pengaturannya?
Jujur saja, sampai sejauh ini saya belum mendapat pemasukan dari tulisan-tulisan yang sering saya posting. Kalau saya membuat website pribadi berbayar, itu namanya “besar pasak daripada tiang.” Atau ada pepatah yang lebih ekstrim lagi “Ada pasak tidak ada tiang.” Menurut nasehat orang tua, itu tidak boleh dilakukan karena kurang bijak.
Sampai saat ini Blogger masih gratis. Jadi Blogger lah yang saya pilih sebagai wadah membagikan tulisan-tulisan saya. Seandainya saya sudah punya pemasukan dari postingan-postingan itu, mungkin suatu saat saya akan beralih ke website berbayar.
Sayangnya, hingga saat ini saya belum tahu caranya mendapatkan pemasukan dari tulisan. Saya pernah mencoba jualan buku, tapi ternyata kurang laku. Sampai sekarang saya belum balik modal biaya produksinya, hehe.
Alasan kelima, saya butuh media mempromosikan karya
Karena saya masih memiliki cita-cita ingin mengelola website berbayar yang lebih profesional, saya butuh pemasukan. Salah satunya dengan mengkomersilkan beberapa karya, terutama yang berbentuk buku. Kenapa bukunya perlu dikomersilkan, tidak digratiskan? Jawabannya bisa dibaca pada dua artikel berikut ini:
Kenapa Bukunya tidak Digratiskan? (Bagian 1)
Kenapa Bukunya tidak Digratiskan? (Bagian 2)
Setelah saya pelajari lebih jauh, ternyata Blogger bisa menjadi wadah untuk mempromosikan karya. Kalau Anda misalnya melihat postingan-postingan tentang buku saya yang telah diterbitkan atau yang baru akan diterbitkan, itu adalah bentuk promosi yang sedang coba saya lakukan. Mudah-mudah ada orang yang tertarik untuk mengoleksinya.
Kalau misalnya buku itu laku terjual, saya mungkin punya sedikit pemasukan untuk mengelola website yang lebih profesional. Saya lebih leluasa berkreasi untuk menampilkan karya secara lebih menarik dan lebih berkualitas. Itu bukan berarti isinya tidak gratis lagi. Hanya tentu ada item-item tertentu yang tetap harus berbayar untuk membiayai pengelolaan website tersebut. Mohon doa dan dukungannya semoga diberikan jalan.
Penulis: Feri Noperman
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar positif dan membangun untuk kebaikan kita bersama. Terimakasih.