Langsung ke konten utama

5 Alasan Indonesia Bisa Menjadi Negara Adidaya

Sebagaimana kebanyakan orang, saya pun memiliki impian. Pada awalnya impian itu bersifat pribadi dan sempit, salah satunya ingin menjadi penulis terkenal. Lama kelamaan impian itu mulai berkembang menjadi impian besar dan bersifat kolektif, yaitu ingin turut berjuang menjadikan Indonesia sebagai negara adidaya.

Impian itu bukanlah utopia. Impian itu bisa diwujudkan asalkan semua warga negara Indonesia bahu membahu mewujudkannya. Impian itu sangat realistis karena didukung oleh fakta. Paling tidak ada lima fakta yang sekaligus menjadi alasan utama Indonesia mampu menjadi negara adidaya. Berikut ulasannya.

Baca juga: Menitipkan Impian Melalui Tulisan

Pertama, Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah

Alasan pertama tentu karena sumber daya alam (SDA) Indonesia yang melimpah. Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang memiliki SDA selengkap Indonesia, baik itu yang ada di darat, di laut, maupun di udara. Sumber daya alam itu bisa berupa minyak, barang tambang, hingga yang dapat diperbaharui seperti hutan, air laut dan sungai, serta udara.

Untuk SDA, Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Sejak dulu bangsa ini menjadi incaran para penjajah karena kekayaan SDA itu. Luar biasanya, SDA itu tidak pernah habis hingga saat ini, baik itu yang tersimpan di perut bumi maupun yang berada di permukaannya. 

Salah satu SDA paling penting di era digital sekarang ini adalah Nikel. Barang tambang ini merupakan bahan baku penting untuk pembuatan baterai litium, baterai yang digunakan di hampir semua perangkat elektronik, mobil listrik, hingga sistem penyimpanan energi (Energy Storage System). Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan Nikel terbesar di dunia.

Komoditi Nikel inilah yang sempat membuat negara-negara Uni Eropa geram sampai naik pitam. Mereka sempat mengadukan Indonesia ke WTO karena tidak mau mengekspor Nikel dalam keadaan mentah. Mudah-mudahan pemerintah tetap bersikukuh dengan keputusan itu. Sudah waktunya kita mengolah sendiri bahan tambang di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah.

Keberadaan Nikel pula yang mendorong perusahaan otomotif terkaya saat ini, Tesla, menyepakati perjanjian kerjasama untuk mendirikan industri baterai litium sekaligus pembangkit listrik di Indonesia. Informasi dari pemerintah mengindikasikan perusahaan ini ingin membangun Sistem Penyimpanan Energi (Energy Storage System). Sistem ini akan digunakan untuk menyimpan energi listrik dari pembangkit listrik tenaga surya, angin, gelombang laut atau energi alternatif lainnya.

Tesla telah menjelma menjadi produsen mobil listrik sekaligus penyedia listrik yang diakui dan disegani di seluruh dunia. Nilai saham perusahaan ini sempat naik ratusan kali lipat pada tahun 2020 sehingga sang pemimpin perusahaan, Elon Musk, sempat menduduki peringkat satu orang terkaya di dunia, sebelum digeser kembali oleh Bos Amazon, Jeff Bezos.

Seandainya ada beberapa orang saja anak muda Indonesia sejenius dan seulet Elon Musk, mungkin kita akan lebih cepat berjaya. Inovasi dan kerja kerasnya akan membuat Indonesia lebih mudah mandiri dalam mengelola semua sumber daya yang  ada. Mudah-mudahan anak bangsa itu ada dan muncul dalam waktu dekat ini.

Kedua, Populasi Penduduk Indonesia yang Besar

Populasi penduduk merupakan salah satu faktor penting untuk mendorong kemajuan suatu bangsa. Amerika Serikat menjadi negara adidaya karena populasi penduduknya yang besar. Begitu pun China yang kini hampir mengalahkan AS di segala bidang juga didukung oleh jumlah penduduknya yang begitu besar. Saat ini India juga mulai bergerak maju berkat dukungan populasi penduduknya yang besar.

Besarnya jumlah penduduk menguntungkan di banyak bidang kehidupan, terutama bidang ekonomi. Jumlah penduduk yang besar dapat meningkatkan pangsa pasar suatu produk. Dunia industri dan pelaku bisnis tentu menjadi optimis dengan jumlah calon konsumen yang besar untuk produk mereka. Dengan begitu, roda perekonomian dapat bergerak lebih lancar. Negara pun diuntungkan dengan meningkatnya pendapatan, terutama dari sektor pajak.

Sayangnya, jumlah penduduk Indonesia belum begitu mendukung kemajuan bangsa. Selama ini penduduk Indonesia masih tegoda dengan barang-barang yang diproduksi oleh negara lain. Hampir semua jenis barang yang laris di Indonesia merupakan produk impor. Negara pengimpor itu diantaranya Jepang, Korea Selatan, China, Taiwan, Amerika Serikat, Jerman, India, bahkan sampai Thailand. Barang impor itu pun beranekaragam, mulai dari pesawat, kendaraan bermotor, peralatan elektronik, hingga peralatan rumah tangga.

Seandainya Indonesia memilih memproduksi sendiri barang-barang, serta penduduknya lebih memilih produk buatan sendiri, tentu industri dalam negeri dapat berkembang lebih baik. Pemerintah pun diuntungkan karena dapat memperoleh lebih banyak pemasukan. Anggaran negara pun bisa meningkat drastis. Dampak positifnya, pembangunan bisa dilakukan secara lebih masif.

Mudah-mudahan, seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk yang banyak ini dapat mendukung perekonomian di dalam negeri. Mudah-mudahan banyak warga negara Indonesia yang tergerak untuk mengembangkan dan memproduksi sendiri barang-barang yang dibutuhkan. Mudah-mudahan makin banyak penduduk Indonesia yang tergerak untuk mengkonsumsi produk dalam negeri, alih-alih produk impor.

Ketiga, Tingginya Jiwa Nasionalisme Warga Negara Indonesia

Alasan berikutnya Indonesia bisa menjadi negara adidaya adalah tingginya nasionalisme warga negara. Kalau kita memperhatikan pertandingan olahraga di segala cabang, khususnya sepakbola, kita akan menemukan betapa tingginya nasionalisme anak bangsa. Dimana ada tim atau pemain Indonesia bertanding, disitu ada suporter Indonesia yang mendukung. Mereka tidak segan-segan berteriak menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Nasionalisme yang tinggi ini tentu sangat penting untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang adidaya. Nasionalisme inilah yang dapat mendorong anak bangsa untuk berbuat bagi kemajuan Indonesia. Nasionalisme dapat mendorong pelaku bisnis untuk mengembangkan bisnis khas Indonesia. Nasionalisme juga dapat mendorong anak bangsa mengembangkan industri dalam negeri sehingga tidak bergantung lagi dengan industri asing. Nasionalisme juga dapat membuat penduduk Indonesia lebih memilih produk dalam negeri dibandingkan produk impor.

Keempat, Meningkatnya Jumlah Tenaga Pendidik Profesional yang Berkualitas Sekaligus Berjiwa Milenial

Sumber daya alam yang melimpah serta jumlah penduduk yang banyak menjadi tidak berarti kalau kualitas sumber daya manusia (SDM) rendah. Kualitas SDM inilah yang menjadi masalah berkepanjangan di Indonesia. Padahal, SDM inilah faktor penentu utama kemajuan semua bangsa. 

Banyak negara yang rendah SDA tapi dapat menjadi negara maju karena SDM-nya yang unggul. Contoh terdekat, lihat saja Singapura, tanpa SDA, rakyatnya tetap makmur, sejahtera, dan maju. Jepang dan Korea Selatan juga begitu. Walaupun SDA terbatas, mereka tetap dapat menjadi pemimpin di berbagai bidang industri karena SDM-nya unggul.

Rendahnya SDM inilah yang membuat kelebihan-kelebihan yang disebutkan di atas terasa agak mubazir. SDM Indonesia belum mampu mengelola sendiri SDA-nya sehingga seringkali diekspor dalam keadaan mentah serta dimanfaatkan oleh negara-negara asing yang sudah lebih dulu maju. Contoh yang sangat menyakitkan hati adalah pertambangan emas dan tembaga di Papua yang sudah puluhan tahun diekspoitasi dan dinikmati perusahaan asal Amerika Serikat. 

SDM yang rendah pula yang membuat Indonesia seringkali hanya menjadi negara konsumen, alih-alih sebagai negara produsen. Kita masih sering kalah bersaing di dunia industri terutama industri dirgantara, otomotif, elektronik, bahkan peralatan rumah tangga. SDM kita belum mampu menciptakan produk industri yang berdaya saing tinggi sehingga bisa menguasai pasar, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

SDM yang rendah pula yang membuat pengelolaan pemerintahan kurang profesional dengan masih maraknya korupsi. Korupsi ini sangat merusak karena berdampak negatif ke segala aspek kehidupan, mulai dari pembangunan yang asal-asalan, penegakan hukum yang tidak adil dan tebang pilih, pengrusakan alam, persaingan bisnis yang tidak sehat, rusaknya pendidikan karakter, dan lain sebagainya.

Tapi keadaan itu masih dapat diubah. Saat ini sudah banyak bermunculan tenaga pendidik muda profesional yang masih segar, berwawasan milenial, berintegritas, dan berkomitmen tinggi untuk memajukan bangsa. Berdasarkan pengalaman saya sebagai tenaga pendidik penyiapan calon guru, sudah banyak mahasiswa calon guru yang memiliki potensi luar biasa serta berprestasi.

Profesi sebagai tenaga pendidik, baik guru maupun dosen, mulai digandrungi anak muda potensial dan berprestasi. Mereka menyukai profesi guru sama seperti menyukai profesi lain yang selama ini dianggap lebih bergengsi seperti dokter, akuntan, notaris, atau pengacara. Mereka pun memiliki idealisme yang tinggi untuk ikut memajukan bangsa dan negara.

Para pendidik muda inilah yang menjadi tumpuan harapan bangsa untuk meningkatkan SDM Indonesia sekaligus mengantarkan Indonesia menjadi negara Adidaya. Harapan ini bukanlah utopia, melainkan fakta yang mulai nampak di depan mata. Tinggal lagi, lembaga penyiapan calon guru profesional benar-benar mengembangkan dan memberdayakan calon pendidik ini seoptimal mungkin.

Kelima, Membludaknya Calon Penulis Profesional

Salah satu faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah budaya membaca. Kelemahan Indonesia selama ini adalah literasi membaca anak Indonesia yang rendah seperti dilaporkan PISA sejak 2001 sampai 2018. Padahal literasi membaca bersama literasi sains, dan literasi matematika merupakan pondasi dasar kemajuan suatu bangsa.

Saat ini China menjadi salah satu negara adidaya karena mereka telah berhasil meningkatkan ketiga literasi tersebut. Bahkan pada tahun 2018, China menduduki peringkat pertama pemeringkatan literasi anak oleh PISA. Hal yang sama sudah dilakukan lebih dulu oleh Singapore, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.

Tingkat literasi membaca anak-anak dipengaruhi salah satunya oleh bahan bacaan. Rendahnya literasi membaca kemungkinan disebabkan oleh bahan bacaan yang kurang, baik itu jumlahnya maupun kualitasnya.

Kabar baiknya, saat ini sudah mulai bermunculan calon penulis profesional. Jumlahnya bukan ratusan, melainkan ribuan, bahkan mungkin puluhan ribu. Saya sempat bergabung dengan grup-grup menulis. Di sana saya menyaksikan aktivitas pelatihan menulis yang sangat masif. Ternyata, banyak sekali orang yang berminat menjadi penulis. Semangat belajar mereka pun luar biasa.

Baca juga: Berbahagialah Para Penulis, Profesi Ini Belum Akan Tergantikan oleh Robot dan Kecerdasan Buatan

Mudah-mudahan kegiatan belajar menulis itu benar-benar bisa menghasilkan para penulis profesional yang kemudian akan menghadirkan banyak bahan bacaan berkualitas. Dengan bahan bacaan berkualitas dan didukung oleh strategi belajar efektif di sekolah, mudah-mudahan literasi membaca anak-anak Indonesia bisa ditingkatkan. Pada akhirnya, sumber daya manusia Indonesia pun meningkat sehingga dapat menggerakkan pembangunan Indonesia menuju negara adidaya. Aamiin.

Penulis: Feri Noperman

Ilustrasi: klikpsikologi.com

Komentar