Langsung ke konten utama

Menitipkan Impian Melalui Tulisan

Oleh: Feri Noperman

Kita semua punya impian, mulai dari impian receh sampai impian tingkat tinggi. Seperti apa pun impian itu, tetap saja harus disyukuri karena itu adalah anugerah yang luar biasa. Impian merupakan ciri khas kita sebagai manusia yang membedakan kita dengan makhluk hidup yang lain. Impianlah yang menggerakkan perubahan dan perkembangan kehidupan manusia sehingga kehidupan berkelompok populasi manusia sangat jauh berbeda dengan spesies lain seperti singa, cacing, ikan, rerumputan, atau bakteri.

Impian adalah keadaan ideal yang ingin diwujudkan di masa depan. Impian menjadi arah perjuangan hidup yang dituju. Impian adalah penggerak utama orang-orang yang sedang berjuang mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tanpa impian, tidak ada perjuangan. Tanpa impian, tidak ada perubahan. Tanpa impian, tidak ada perkembangan menjadi lebih baik.

Impian dapat bersifat pribadi, dapat pula bersifat kolektif (bersama-sama). Impian pribadi misalnya ingin menjadi guru, pengacara, dokter, atau profesi lainnya. Sementara impian kolektif misalnya ingin menjadikan Indonesia sebagai negara adidaya dua puluh tahun ke depan. Seseorang mungkin hanya memiliki impian pribadi seumur hidupnya. Tapi tidak sedikit orang-orang yang memiliki impian besar dan bersifat kolektif seperti para pendiri bangsa di era kemerdekaan.

Baca juga: 5 Alasan Indonesia Bisa Menjadi Negara Adidaya

Bagaimana pun, memiliki impian itu beresiko. Gagal mewujudkan impian biasanya berujung pada kekecewaan, sakit hati, bahkan kalau tidak siap mental bisa berujung pada depresi berkepanjangan. Kegagalan dan kekecewaan itu bisa dialami oleh siapa saja, baik itu pejuang biasa-biasa saja maupun pejuang tangguh. Bedanya, pejuang tangguh biasanya selalu bangkit dari kegagalan. Kalau gagal sepuluh kali, dia akan bangkit sebelas kali sampai impian itu dapat diwujudkan.

Baca juga: Memotivasi diri

Semakin tinggi atau semakin besar sebuah impian, resikonya pun semakin besar. Impian besar lebih rentan gagal kalau tidak diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Impian besar membutuhkan perjuangan yang juga besar untuk mewujudkannya. Impian besar juga perlu waktu lebih lama untuk merealisasikannya. Bahkan, tidak sedikit para pemimpi besar belum mampu mewujudkan impian besarnya dikarenakan keterbatasan umur. Mereka keburu meninggal dunia sebelum impian besarnya terwujud.

Apakah impian besar seperti itu menjadi sia-sia? Tentu saja tidak. Tidak ada impian yang sia-sia kalau disikapi dengan benar.

Agar tidak sia-sia, impian besar harus dibagikan, disebarluaskan, dititipkan atau diwariskan kepada orang lain. Menulis adalah cara yang paling efektif untuk membagikan, menyebarluaskan, menitipkan serta mewariskan impian. Ketika impian yang dituliskan itu dibaca oleh orang lain atau generasi berikutnya, mereka akan melanjutkan atau membantu mewujukan impian itu.

Aristoteles telah berhasil menitipkan impian besarnya tentang demokrasi ke generasi berikutnya bahkan sampai ke generasi kita karena dituliskan. Nabi Muhammad SAW berhasil menitipkan impian masyakarat madani yang dipenuhi keadilan dan perdamaian berlandaskan Al qur'an dan Al hadist juga karena dituliskan. Seandainya impian mereka itu tidak pernah dituliskan, kita tidak akan pernah ikut menikmati keindahannya atau turut memperjuangkan impian mereka untuk diwujudkan di saat sekarang dan di masa depan.

Baca juga: Penulis, Tulisan, dan Peradaban

Jadi, ketika Anda dianugerahi impian yang begitu besar. Lalu Anda merasa impian itu terlalu besar untuk diwujudkan sendirian. Jangan takut. Jangan dulu menyerah apalagi pula putus asa. Impian itu tidak boleh disia-siakan. Impian itu tidak boleh diabaikan. Impian itu tetap masih dapat diwujudkan.

Kalau Anda merasa impian itu terlalu besar untuk diwujudkan sendirian, maka bagikanlah melalui tulisan. Kalau pun Anda merasa usia Anda tidak akan cukup untuk mewujudkannya, maka wariskanlah, lagi-lagi melalui tulisan. Tuliskanlah impian itu sedetil mungkin, seperti apa keindahan yang akan dirasakan dan dinikmati ketika impian itu berhasil diwujudkan. Yakinkan orang lain bahwa impian itu cukup berharga untuk diperjuangkan bersama-sama. Ceritakan langkah-langkah mewujudkannya.  Niscaya, orang-orang yang percaya pada impian itu akan membantu mewujudkannya. 

Karya sastra seperti novel pun dapat dijadikan sebagai sarana menitipkan atau mewariskan impian. Banyak penulis besar yang menitipkan impian besarnya melalui novel yang ditulisnya. Novel-novel fiksi ilmiah awalnya hanya sebuah imajinasi. Namun beberapa dekade kemudian berhasil menginspirasi para ilmuan dan insinyur sehingga impian besar itu pun berhasil diwujudkan. Robot dan kecerdasan buatan awalnya hanyalah sebuah imajinasi di dalam novel beberapa puluh tahun yang lalu. Kini teknologi itu benar-benar telah mewujud nyata dan telah membersamai kehidupan kita.

Pesan penting yang ingin disampaikan tulisan ini adalah, menulis merupakan keterampilan wajib bagi para pemimpi. Impian yang tidak dituliskan, akan sulit diwujudkan. Semakin besar sebuah impian, semakin penting ia dituliskan. Impian yang dituliskan, kemudian disebarluaskan kepada banyak orang, akan lebih mudah diwujudkan. Impian pribadi yang dituliskan akan menjadi impian kolektif banyak orang. Semakin banyak orang yang memikirkan dan memperjuangkannya, semakin besar kemungkinan impian itu bisa diwujudkan.

Ayo Menuliskan Impian!!!

Penulis: Feri Noperman

Baca juga: Modal Dasar Menjadi Penulis Istiqomah

Komentar