Langsung ke konten utama

Profesi Ini Belum Akan Tergantikan oleh Robot dan Kecerdasan Buatan

Oleh: Feri Noperman

Perubahan dan perkembangan memang tidak dapat dihindari. Itu adalah cara kerja alam yang tidak bisa ditolak. Sayangnya, perubahan dan perkembangan tidak selalu menghadirkan berita gembira. Sering kali pula perubahan dan perkembangan menimbulkan ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, hingga masalah-masalah baru yang sulit dipecahkan.

Salah satu perkembangan terbaru yang mungkin dapat menimbulkan kekhawatiran adalah munculnya teknologi robot dan kecerdasan buatan. Robot adalah mesin mekanis yang dapat bekerja otomatis tanpa harus dioperasikan oleh manusia. Sementara kecerdasan buatan adalah sebuah program komputer yang dapat berpikir layaknya pikiran manusia. Kombinasi kedua teknologi ini sudah banyak menggantikan pekerjaan yang selama ini dikerjakan manusia terutama di dunia industri seperti perakitan mobil. Teknologi ini juga sudah mampu mengerjakan banyak pekerjaan rutin lainnya seperti pelayanan di bank,  pelayanan di hotel, dan lain sebagainya.

Baca juga: Tujuan Pendidikan Sains dan Teknologi

Semakin lama perkembangan robot dan kecerdasan buatan semakin masif. Baru-baru ini sebuah perusahaan di Hongkong mengumumkan akan memproduksi secara massal robot humanoid (mirip manusia) pada tahun 2022. Robot ini ditanamkan kecerdasan buatan sehingga dapat mempelajari rutinitas di rumah kemudian berperilaku dan bekerja layaknya manusia. Robot cerdas ini bisa membantu berbagai pekerjaan rumah. Robot ini diharapkan dapat menggantikan peran perawat untuk  orang-orang jompo yang tinggal sendirian di rumah.

Ke depannya, perkembangan robot dan kecerdasan buatan tidak hanya sampai di situ. Banyak profesi yang selama ini dilakukan oleh manusia, akan dialihkan ke robot dan kecerdasan buatan. Riset dan pengembangan kedua teknologi ini sedang menjadi primadona saat ini. Pemanfaatannya pun diarahkan ke semua bidang kehidupan, mulai asisten rumah tangga sampai penjelajahan ruang angkasa.

Peralihan tenaga kerja manusia ke robot memiliki alasan yang sederhana terutama di dunia bisnis. Robot dengan kecerdasan buatan dapat bekerja non stop. Mereka juga tidak banyak tuntutan seperti minta kenaikan gaji atau berbagai macam tunjangan. Error mereka pun bisa mencapai 0 persen (zero mistake) atau tidak melakukan kesalahan sama sekali. Mereka juga tidak akan mengeluhkan pekerjaan yang menumpuk.

Perkembangan robot dan kecerdasan buatan yang masif itu tentu dapat mendatangkan kekhawatiran, terutama bagi generasi muda di masa depan. Mereka mungkin akan semakin sulit mendapatkan pekerjaan, terutama pekerjaan kasar yang dengan mudah digantikan oleh robot dan kecerdasan buatan.

Bagaimana pun, kekhawatiran itu tidak perlu berlebihan. Masih banyak pekerjaan atau profesi yang tidak atau belum akan tergantikan oleh robot, paling tidak dalam beberapa dekade ke depan. Bahkan OECD memprediksi bahwa perkembangan robot dan kecerdasan buatan atau teknologi maju lainnya malah akan membuka peluang atau lapangan kerja baru terutama yang menuntut kreativitas.

Sampai sejauh ini, ilmuan dan insinyur komputer belum mampu membuat algoritma untuk membangun kecerdasan buatan yang mampu berpikir kreatif dan memiliki empati (kecerdasan emosional). Kreativitas dan empati masih menjadi ciri khas manusia. Profesi yang mengandalkan kreativitas dan empati tetap menjadi profesi menjanjikan di masa depan. Profesi seperti itu misalnya guru, penulis, peneliti, seniman, atau musisi.

Baca juga: Menitipkan Impian Melalui Tulisan

Ilmuan dan insinyur komputer memang sudah mampu menciptakan mesin cerdas yang bisa menyelesaikan masalah kompleks seperti bermain catur atau Go (permainan catur asal China). Bahkan mesin cerdas itu telah mampu mengalahkan pemain catur terhebat dunia sekelas Gary Kasparov. Juara dunia Go asal Korea Selatan, Lee Se Dol, pun memutuskan pensiun pada tahun 2016 setelah dikalahkan oleh kecerdasan buatan milik Google yang bernama AlphaGo. 

Kecerdasan buatan memang telah mampu mengolah dan menganalisis jutaan informasi dengan kecepatan luar biasa, jauh melampaui kecepatan manusia. Tapi teknologi itu belum mampu meramu informasi itu menjadi metafora indah dalam sebuah puisi atau jalan cerita penuh emosi dalam sebuah novel. Sampai sejauh ini, ilmuan dan insinyur komputer belum mampu menciptakan kecerdasan buatan yang mampu menulis puisi, prosa, cerpen, atau novel dramatis. 

Baca juga: Modal Dasar Menjadi Penulis Istiqomah

Jadi, berbahagialah para penulis, robot dan kecerdasan buatan belum akan menggantikan peran atau profesi menulis. Setidaknya begitu hasil perkembangan sains dan teknologi saat ini dan prediksi beberapa tahun ke depan. Kalau sepuluh atau dua puluh tahun ke depan bagaimana? Wallahualam bishawab.

Penulis: Feri Noperman

Ilustrasi: asme.org

Baca juga: Penulis, Tulisan, dan Peradaban

Komentar

  1. Kereen, pak!
    Kalau bisa robot pengganti ART seperti di film Rich Man or Ricky Rich....hehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya, arah pengembangan robot humanoid yaa kesitu... biar bisa bisa jadi ART, teman mengobrol, bahkan teman kencan hehe

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar positif dan membangun untuk kebaikan kita bersama. Terimakasih.