Keesokan harinya, istriku mulai beraksi. Dia mengerjakan semua aktivitas yang telah kutuliskan tadi malam. Tampak kegembiraan luar biasa di raut wajahnya. Aku tidak tahu kegembiraannya itu karena apa. Apakah karena dia memang menyukai anak kucing. Atau karena anak kucing itu telah menjadi objek eksperimennya. Entahlah. Aku tidak perlu bersusah payah mencari penyebabnya. Hal yang terpenting, melihatnya gembira membuatku turut bahagia. Hari pun terus berganti. Dia memperlakukan Lala dan Lili secara adil setiap hari. M akan an dan minum an untuk mereka dibelinya di supermarket. Tempat tidur keduanya dijahitkannya dari baju-baju bekas. Tidak lupa dia juga membuatkan tempat bermain bersama. Saking seriusnya, dia juga memasang CCTV di beberapa titik rumah sehingga bisa mengawasi perilaku keduanya ketika sedang berada di kampus. Rupanya, makin lama pikiran dan perilakunya makin aneh saja. Eksperimen pertamanya baru berjalan dua minggu, tapi dia sudah mengusulkan eksperimen berikutn