Entah kenapa, ketika hendak berangkat mudik di suatu hari, saya memutuskan untuk memakai sepatu. Itu pertama kali saya melakukannya. Biasanya saya hanya memakai sandal. Rupanya, keputusan itu adalah keputusan yang tepat.
Perjalanan mudik yang saya tempuh lumayan jauh. Saya tidak tahu persis jaraknya, karena tidak pernah terpikir untuk mengukurnya. Apalagi pakai meteran gulung, hehe. Tapi waktu tempuhnya berkisar antara 3 sampai 4 jam, baik ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Sama seperti biasanya, saya pun menempuhnya dengan motor butut kesayangan (kalau naik angkutan umum, saya bisa mabuk berhari-hari).
Sama seperti sebelum-sebelumnya, sepanjang perjalanan saya suka menggeber gas motor sampai mentok. Bukan untuk gagah-gagagan, tapi agar tiba lebih cepat di kampung halaman. Rupanya menggeber motor sampai batas maksimal beresiko tinggi (sebenarnya saya sudah tahu, tapi suka gak mau tahu, hhehe). Di tengah perjalanan, saya pun mengalami insiden. Kalau insiden itu terjadi beberapa detik setelahnya, mungkin dampaknya akan lebih parah.
Ketika memasuki tikungan ke kiri, sebuah motor yang awalnya berada di sebelah kiri jalan tiba-tiba berbelok ke kanan. Sebenarnya Si Pengemudi motor itu sudah memberi lampu sen kanan. Namun, karena kecepatan motor yang saya kendarai masih cukup tinggi dan jarak yang sudah sangat dekat dengan motor tersebut, saya tidak mungkin mengerem untuk menghentikan motor. Sambil memberi klakson, saya terus meluncur di sebelah kanan motor itu. Saya berharap Si Pengemudi motor itu mengurungkan niatnya.
Namun, rupanya Si Pengemudi motor itu tidak berubah pikiran. Dia masih meneruskan niatnya membelokkan motornya ke kanan. "Brak!" Senggolan pun tak dapat dihindari. Pengemudi itu bersama motornya langsung jatuh terjerembab di tengah aspal. Sementara saya masih bisa meluncur mulus sampai beberapa puluh meter di depannya.
Saya lalu melambatkan motor karena ujung jemari kaki kiri terasa perih. Setelah memarkirkan motor, saya langsung mengecek kondisi motor dan jemari kaki saya. Terlihat pedal gigi bagian depan tempat kaki saya berpijak sudah berubah bentuk, bengkok. Sementara ujung sepatu sebelah kiri saya sudah menganga, telapaknya terlepas dari bagian atasnya. Bisa dipastikan itu akibat benturan tadi.
Saya langsung membuka sepatu, takut kalau jemari kaki saya sudah tidak lagi berada di tempatnya. Alhamdulillah. Ternyata jemari kaki kiri saya masih lengkap dan masih berbentuk seperti biasanya. Tapi beberapa jari terlihat memerah dan terasa perih.
Saya pun berandai-andai. Kalau saja ketika hendak berangkat tadi saya memutuskan memakai sandal seperti yang sering saya lakukan, bukan mengenakan sepatu seperti sekarang, mungkin nasib jemari kaki kiri saya akan jauh berbeda. Bisa saja nasibnya sama seperti pedal gigi motor yang terbuat dari besi itu, tidak beraturan lagi.
Penulis: Feri Noperman
Baca pula:
Diakui di Negeri Canggih, Dilupakan di Negeri Sendiri?
Resiko Jualan Online Bagi Pemula
Jangan Tutup Dirimu (Tips Memunculkan Ide Kreatif Tanpa Batas)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar positif dan membangun untuk kebaikan kita bersama. Terimakasih.