Langsung ke konten utama

Postingan

5 Alasan Indonesia Bisa Menjadi Negara Adidaya

Sebagaimana kebanyakan orang, saya pun memiliki impian. Pada awalnya impian itu bersifat pribadi dan sempit, salah satunya ingin menjadi penulis terkenal. Lama kelamaan impian itu mulai berkembang menjadi impian besar dan bersifat kolektif, yaitu ingin turut berjuang menjadikan Indonesia sebagai negara adidaya.

Profesi Ini Belum Akan Tergantikan oleh Robot dan Kecerdasan Buatan

Oleh: Feri Noperman Perubahan dan perkembangan memang tidak dapat dihindari. Itu adalah cara kerja alam yang tidak bisa ditolak. Sayangnya, perubahan dan perkembangan tidak selalu menghadirkan berita gembira. Sering kali pula perubahan dan perkembangan menimbulkan ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, hingga masalah-masalah baru yang sulit dipecahkan.

Menitipkan Impian Melalui Tulisan

Oleh: Feri Noperman Kita semua punya impian, mulai dari impian receh sampai impian tingkat tinggi. Seperti apa pun impian itu, tetap saja harus disyukuri karena itu adalah anugerah yang luar biasa. Impian merupakan ciri khas kita sebagai manusia yang membedakan kita dengan makhluk hidup yang lain. Impianlah yang menggerakkan perubahan dan perkembangan kehidupan manusia sehingga kehidupan berkelompok populasi manusia sangat jauh berbeda dengan spesies lain seperti singa, cacing, ikan, rerumputan, atau bakteri.

Antara Aku, Kamu, dan Guillain Barre Sindrome itu

Oleh: Ilva "Aku tak sanggup lagi mendampingimu. Biarkan aku pulang, merawat anak-anak kita di rumah. Nanti, biar Mamak menggantikan aku di sini." Tiga kalimat keluar dari lisanku serupa mantra. Membuat air matamu dengan cepat menganak sungai, lalu mengalir membasahi rambutmu yang beberapa hari belum sempat kurapikan.

Elegi di Bukit Mimpi

Bagi para pejuang mimpi yang sedang berjuang mewujudkan impian (apa pun itu), jangan pernah menyerah, jangan pula berputus asa. Kamu tidak sendiri. Banyak pejuang mimpi yang melakukan hal yang sama. Beberapa orang bahkan mungkin harus melalui perjuangan yang sangat berat. Tapi tetap saja mereka berhasil.  Diantara para pejuang itu, ada pula yang berkenan membagikan pengalaman untuk menginspirasi dan menyemangati. Kali ini salah satu sahabat sesama alumni Universitas Bengkulu, Lubis Pirnandes, membagikan kisah perjuangannya dalam sebuah novel yang sangat inspiratif. Silahkan dikoleksi. Sepatah dua patah kata dari penulis Alhamdulillah untuk 100 eksemplar novel EBM yang sudah mendarat ke tangan pembaca dan diapresiasi. Jumlah yang belum seberapa mungkin untuk sebagian orang, tapi jumlah yang tak pernah terkirakan oleh saya sebelumnya mengingat karya pertama dan tentu begitu banyak kekurangannya. Maka terima kasih tak berkesudahan untuk semuanya. Ada beberapa yang menghubungi tentang jala

Cara Bijak Menyikapi Masa Lalu untuk Hidup yang Lebih Bahagia

Oleh: Feri Noperman Waktu yang telah berlalu adalah masa lalu, termasuk satu detik yang lalu. Seperti apa pun masa lalu, apakah menyakitkan atau menyenangkan, itu bukan hidup kita lagi. Hidup kita adalah di saat sekarang. Kebahagiaan hidup kita bergantung pada bagaimana kita menyikapi dan memanfaatkan masa lalu untuk dapat menikmati saat sekarang. Masa lalu sering kali menghadirkan kenangan, baik kenangan manis maupun kenangan pahit. Mengenang keduanya hingga terlarut ke dalamnya tidak berguna sama sekali, malah dapat mendatangkan penderitaan di saat sekarang. Mengenang kenangan indah hingga larut di dalamnya tidak akan membuat hidup kita sekarang menjadi indah, sebab kita tidak bisa lagi menikmatinya. Mengenang kenangan pahit secara berlebihan malah lebih parah, sebab hanya akan membuka kembali luka lama. Kita pun kembali tersiksa olehnya.

Kenapa Akhirnya Saya Membuat Blog?

Sebenarnya saya sudah lama tahu tentang Blogger dan manfaatnya dalam dunia kepenulisan. Tapi dulu saya tidak begitu tertarik. Baru beberapa hari ini saya akhirnya memutuskan untuk membuat blog pribadi. Mungkin ada beberapa sahabat di dunia maya terutama di Facebook yang bertanya-tanya, kenapa akhirnya saya membuat blog pribadi. Kalau ada yang penasaran, berikut saya ceritakan alasannya. Paling tidak ada lima alasan.

Membangun Lembaga Pendidikan Tanpa Modal

Oleh: Taufik Hidayat Apa mungkin membangun lembaga pendidikan tanpa modal? Bisa jadi itulah pertanyaan yang muncul ketika Anda membaca judul tulisan ini. Memang tidak mungkin kalau tanpa modal sama sekali. Judul itu lebih untuk memotivasi saja. Melalui tulisan ini, saya ingin mengingatkan bahwa modal itu jangan hanya dipahami sebagai uang atau finansial semata. Masih banyak modal lain yang bisa digunakan selain uang. Kebetulan saya memiliki pengalaman membangun atau mengembangkan lembaga pendidikan yang nyaris tanpa menggunakan uang sebagai modal awalnya. Maksud saya, tidak semata-mata berangkat dari ketersediaan uang yang cukup, baru melakukan pengembangan. Sekitar lima tahun yang lalu, saya diminta menjadi ketua Yayasan Pendidikan NU Kota Banjarmasin. Yayasan ini membina dua lembaga pendidikan yaitu SMPNU dan SMKNU. Saat itu, yayasan memiliki dana yang minim. Sementara saya yang diminta menjadi ketua yayasan bukanlah orang yang memiliki harta berlebih. Artinya, kalau semata-mata mema

Memotivasi Diri

Kita diberi hidup karena kita cukup tangguh untuk menjalaninya. Jangan merendahkan diri sendiri dengan mudah berputus asa. -- (Feri Noperman) --

Memaknai Kehidupan

Hidup yang berkualitas adalah memanfaatkan setiap helaan napas untuk memilih dan mengeksekusi pilihan-pilihan terbaik yang bernilai ibadah dan bermanfaat bagi semesta. -- (Feri Noperman) --

Menyikapi Masalah

Ketika dihadapkan pada masalah atau musibah, jangan tanyakan "kenapa ini terjadi padaku?" tapi tanyakanlah "apa yang akan diajarkan ini padaku?" Percayalah, efeknya akan sangat jauh berbeda. -- (Feri Noperman) --

Kenapa Bukunya tidak Digratiskan? (Bagian 1)

Ide tulisan ini muncul ketika saya menghadapi rekan yang bersikeras ingin mendapatkan buku saya secara gratis. Waktu itu saya baru saja menerbitkan buku perdana yang berjudul  Pendidikan Sains dan Teknologi , yang ditulis selama hampir delapan tahun. Saya tidak bisa memenuhi permintaannya itu karena saya merasa dia kurang menghargai perjuangan saya yang berdarah-darah dalam menyelesaikan buku itu. Namun, karena pada waktu itu saya tidak enak hati untuk menolak langsung, tiba-tiba munculah ide untuk menuliskan penolakan itu melalui tulisan ini. Baca juga:  Penulis, Tulisan, dan Peradaban Tulisan ini bukan untuk menyinggung perasaan, melainkan sebagai bahan renungan betapa pentingnya sikap menghargai perjuangan orang lain. Ada dua bagian tulisan yang akan disajikan. Bagian pertama ini akan membahas dari aspek proses penulisan dan penerbitan buku. Sementara bagian kedua akan membahas dari aspek nilai sebuah buku. Pertanyaan yang mendorong munculnya tulisan ini sangat sederhana, sama seper

Membahagiakan Diri

Tak perlu berusaha mati-matian mengejar juara satu, sebab tidak semua orang bisa mencapainya. Tapi berusahalah untuk senantiasa bahagia, sebab semua orang bisa mencapainya dan layak menikmatinya.  -- (Feri Noperman) --

Keajaiban di Jalan Allah (Kisah Nyata)

Sudah sembilan bulan istri saya mengajar ngaji untuk anak-anak di kompleks perumahan kami. Kegiatan belajar berlangsung di sebuah rumah yang tidak ditempati pemiliknya masih di kompleks kami. Kegiatan belajar sempat diliburkan karena pandemi Covid19 yakni dari April sampai Mei 2020. Kemudian aktif kembali pada bulan Juni. Masa pandemi merubah jam belajar. Sebelumnya kegiatan ngaji dimulai selepas Ashar sampai menjelang isya. Sejak pandemi durasi belajar dipersingkat hanya sampai menjelang Magrib. Anak-anak difokuskan hanya tilawah dan menghafal Al-Qur'an.

Memaknai dan menyikapi musibah

Musibah berasal dari Bahasa Arab mushiibatan yang berarti segala yang menimpa pada sesuatu baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Akan tetapi, umumnya orang memaknai musibah dengan kesusahan. Padahal, kesenangan pun hakikatnya musibah juga. Dengan musibah, Allah SWT hendak menguji siapa yang paling baik amalnya.

Novel Dari Rindu Kepada Kenang (Sinopsis dan Ulasan)

Sinopsis :  Kisah seorang gadis tunanetra bernama Rindu yang besar di sebuah panti asuhan. Kehidupannya berubah semenjak bertemu dengan seorang lelaki dingin dan kaku bernama Kenang. Kisah perjuangan hidup Rindu semakin berat semenjak mengenal cinta. Rintangan dan cobaan yang tak henti membuat kisah ini semakin dipenuhi duka. Apalagi satu demi satu misteri masa lalunya mulai terungkap. Akankah Rindu mampu mendapatkan cintanya? Apakah kenang akan luluh kepada Rindu? Dan apakah cinta mereka akan bersatu seperti yang mereka harapkan? Judul: Dari Rindu Kepada Kenang Penulis: Aluna Aksara Ranusemesta Editor: Nindya Chitra Penerbit: Dolce Media Tahun Terbit: 2020 Ulasan dari Editor Kita kenalan sama tokoh-tokoh yang ada di novel ini. Selain dua tokoh utama yang namanya dipakai di judul, ada beberapa tokoh pendukung yang perannya nggak kalah penting dalam menggerakkan alur, loh. Ada orang tua Rindu dan Kenang, para pengurus panti asuhan tempat Rindu tinggal, sama orang-orang dari masa lalu Ri

Kebencian yang boleh dipelihara

Belakangan ini begitu banyak kebencian yang menyebar tidak terkendali terutama di berbagai media sosial. Hal itu membuat jempol saya pun tergelitik untuk turut bergoyang memberikan komentar dan menuliskan tulisan ini. Kebencian memang bagian yang tidak terpisahkan di dalam diri kita sebagai manusia. Tapi tentu tidak semua hal harus dan dapat kita benci. Kalau pun kita ingin memelihara kebencian, maka bencilah satu hal ini. Bencilah keburukan-keburukan, baik yang ada pada orang lain, tentu saja yang ada di dalam diri sendiri.

Merdeka dari musuh di dalam diri

Pada dasarnya, dunia nyata maupun dunia maya itu indah. Tapi manusialah yang sering mengotorinya dengan umpatan, cacian, hasutan, sumpah serapah, perundungan, serta hal-hal negatif lainnya. Kenapa masih ada orang yang berperilaku seperti itu? Karena mereka belum mampu memerdekakan dirinya dari pikiran negatif, penyakit hati, dan banyak hal negatif lainnya yang bersemayam di dalam dirinya.

Sepatu Keberuntungan (Kisah Nyata)

Entah kenapa, ketika hendak berangkat mudik di suatu hari, saya memutuskan untuk memakai sepatu. Itu pertama kali saya melakukannya. Biasanya saya hanya memakai sandal. Rupanya, keputusan itu adalah keputusan yang tepat. Perjalanan mudik yang saya tempuh lumayan jauh. Saya tidak tahu persis jaraknya, karena tidak pernah terpikir untuk mengukurnya. Apalagi pakai meteran gulung, hehe. Tapi waktu tempuhnya berkisar antara 3 sampai 4 jam, baik ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Sama seperti biasanya, saya pun menempuhnya dengan motor butut kesayangan (kalau naik angkutan umum, saya bisa mabuk berhari-hari). Sama seperti sebelum-sebelumnya, sepanjang perjalanan saya suka menggeber gas motor sampai mentok. Bukan untuk gagah-gagagan, tapi agar tiba lebih cepat di kampung halaman. Rupanya menggeber motor sampai batas maksimal beresiko tinggi (sebenarnya saya sudah tahu, tapi suka gak mau tahu, hhehe). Di tengah perjalanan, saya pun mengalami insiden. Kalau insiden itu terjad

Syukur